Monthly Archives: February, 2013

Tafsir ayat Perilaku Manusia


TAFSIR AYAT TENTANG PERILAKU MANUSIA

By: Muhammad Fathurrohman, M.Pd.I

(Guru Sang Dewo (SMPN 2 Pagerwojo) & Akademisi UIN Maliki Malang)

Surah al-Anfal: 27

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ (27)

Terjemah:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.

Mufradat(Kosa Kata)

تَخُونُوا: مصدره خيانة

Merupakan fi’il dari masdar Khianat yang artinya mengkhianati atau menyalahgunakan wewenang.

Analisis Kebahasaan

Maksud dari ayat tersebut adalah hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu sekalian mengkhianati Allah dan Nabi Muhammad dan juga janganlah kamu sekalian mengkhianati kepercayaan yang dipercayakan kepadamu. Apabila kamu sekalian mengetahui bahwa perbuatan khianat itu tidak diperbolehkan.

 

Sabab Nuzul

Diriwayatkan oleh Sa’id bin Manshur dan lainnya yang bersumber dari Abdillah bin Abi Qatadah yang berkata: “Bahwa turunnya ayat “ Laa Takhunu dts” ini berkenaan dengan Abi Lubabah bin Abd al-Mundzir (seorang muslim) yang ditanya oleh (Yahudi) Bani Quraidhah pada waktu perang Quraidhah: “Apa peristiwa ini?”, DIa memberi isyarat tangannya diletakkan ke lehernya (maksudnya akan disembelih). Maka turunlah ayat ini. Abu Lubabah berkata: “Tiada henti-hentinya kedua tapak kakiku (tak dapat digerakkan), sehingga aku sadar bahwa aku mengkhianati Allah dan Rasul-Nya.

Diriwayatkan oleh Ibn Jarir dan lainnya yang bersumber dari Jabir bin Abdillah, bahwa Abu Sufyan keluar dari Mekkah (untuk memata-matai dan mengawasi rencana kaum muslimin). Maka datanglah malaikat Jibril menghadap Nabi dan berkata “sesungguhnya Abu Sufyan berada di sini dan sini”. Maka bersabdalah Rasulullah saw: “sesungguhnya Abu Sufyan berada di sini dan sini, maka keluarlah kalian menuju tempatnya dan tangkaplah ia!” lalu seorang laki-laki munafik surat kepada Abu Sufyan, yang isinya “bahwa Muhammad hendak menyerang kalian, maka berhati-hati dan bersiap siagalah”. Maka Allah menurunkan ayat “Laa Takhunu dst” hadits ini amat gharib di dalam sanadnya dan susunan bahasanya perlu diteliti dengan cermat.

Munasabah Antar Ayat

Pada ayat sebelumnya Allah menerangkan mengenai tempat yang diberikan kepada kaum muslimin karena mereka takut dengan perilaku orang-orang kafir terhadap mereka yang berupa penculikan dan penganiayaan terhadap mereka. Tempat yang diberikan Allah tersebut adalah kota Madinah. Maka pada ayat ini Allah menerangkan dan menjanji agar orang-orang Islam selalu memegang teguh  atau tidak mengkhianati amanah  yang dipercayakan kepada mereka yaitu selalu beriman kepada Allah dan rasul-Nya. Dan tidak membicarakan amanah ini kepada orang-orang kafir. Pada ayat selanjutnya Allah menerangkan konsekuensi yang diberikan Allah kepada orang yang selalu menjaga amanah tersebut.

Penafsiran dengan Hadits dan Ayat yang terkait

Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu sekalian mengkhianati Allah dan Nabi Muhammad dan juga janganlah kamu sekalian mengkhianati kepercayaan yang dipercayakan kepadamu hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu sekalian mengkhianati Allah dan Nabi Muhammad dan juga janganlah kamu sekalian mengkhianati kepercayaan yang dipercayakan kepadamu.

Khianat merupakan salah satu perbuatan yang tercela yang menjadikan seseorang yang melakukannya tidak dipercaya lagi oleh manusia secara umum. Hal tersebut sebagaimana hadits Nabi sebagai berikut:

عن أبي هريرة، رضي الله عنه، أن رسول الله، صلى الله عليه وسلم، قال: آية المنافق ثلاثٌ: إذا حدث كذب، وإذا وعد أخلف، وإذا اؤتمن خان متفقٌ عليه.

Tanda-tanda orang munafik itu ada 3, yaitu ketika berbicara berbohong, ketikam janji tidak ditepati, dan ketika dipercaya khianat

Apabila ada amanah maka tidak dilaksanakan Menunaikan amanah adalah salah satu perintah Allah, yang wajib untuk dilaksanakan dan dalam surat al-Mu’minuun dijanjikan Allah dengan surga sebagai balasan bagi mereka yang berlaku amanah. Amanah adalah nilai fitri, yang setiap hati merah manusia, baik Muslim ataupun kafir mengakuinya.  Inilah ciri akhlaq  islami, ciri yang tak dipunyai kaum munafiq.   Di awal masa tegaknya risalah Allah ini, Rasulullah Muhammad telah mencontohkan keharusan menegakkan amanah. Meski dalam keadaan sulit, sehubungan dengan persiapan hijrahke Madinah, Rasulullah tetap menjaga amanah dan mengembalikan barang-barang yang dititipkan kepada beliau melalui Ali. R.A. Di tengah kondisi yang terjepit dan mendapat incaran para pembunuh bayaran, menjaga dan mengembalikan barang yang di- amanahkan orang lain tetap merupakan hal yang utama.    Inilah diinul Islam.  Dia tegak di atas sendi-sendi aturan “langit”, di atas nilai-nilai luhur, dan berkembang dalam basis fitri kemanusiaan.  Apalah artinya hijrah kalau amanah dilanggar; apalah artinya persiapan teliti untuk suatu perjuangan islam kalau amanah diabaikan ?  Sesungguhnya Islam tegak dan ditegakkan untuk dan melalui nilai-nilai luhur yang datang dari Allah, bukan menegakkan kekuasaan untuk kekuasaan.  Dan bukan pula meraih ke- kuasaan dahulu baru menegakkan nilai-nilai samawi. Sejak panji risalah ini dikibarkan, maka nilai-nilai “langit” ditegakkan di bumi dengan kekuasaan ataupun tidak.  Karenanya dalam titik ini, menegakkan amanah, menegakkan satu nilai islami dalam diri seorang Muslim berarti menegakkan Islam dan memancarkan keharumannya. Inilah agama yang lurus. Islam adalah agama yang mulia.  Hanya dengan kemuliaan dia ditegakkan dan untuk kemuliaan dia tegak. Hanya orang-orang yang berhati mulia ikut dalam barisannya dan tidak untuk mereka yang munafiq.  Maka dalam pemahaman aqidah ini kekuasaan hanyalah alat bukan tujuan, perangkat kekuasaan dan politik adalah sarana bukan ghoyyah. Qiadah (kepemimpinan) muncul dari tegaknya nilai-nilai islami dalam dada setiap Muslim, dan nilai-nilai itu yang ingin ditegak- kan dengan ataupun tanpa kekuasaan dan perangkatnya.  Sesungguh- nya qiadah itu akan muncul dengan sendirinya, manakala kondisi islami telah tercipta.  Ibarat buah, manakala tepung sari sudah menempel pada putik, secara alamiah sunatullah, buah akan muncul perlahan tapi pasti.  Inilah diinul islam dengan misi tunggal rahmattan lil alamiin.

Dari sini, maka khianat itu merupakan perbuatan yang jelek dan tercela sehingga orang yang melakukannya diancam masuk neraka. Khianat bisa berada dalam berbagai konteks dan dalam berbagai keadaan.

Pokok Kandungan Ayat yang dapat diambil

Pokok kandungan yang dapat diambil dari ayat tersebut adalah:

  1. Larangan mengkhianati Allah dan Rasul-Nya. Hal tersebut dapat terwujud apabila seseorang istiqamah dalam menunaikan kewajiban agama.
  2. Larangan mengkhianati amanah yang diberikan oleh orang lain. Karena hal tersebut akan menyebabkan orang itu tidak akan dipercaya lagi.

Surah al-Nisa’: 133-134

إِنْ يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ أَيُّهَا النَّاسُ وَيَأْتِ بِآَخَرِينَ وَكَانَ اللَّهُ عَلَى ذَلِكَ قَدِيرًا (133) مَنْ كَانَ يُرِيدُ ثَوَابَ الدُّنْيَا فَعِنْدَ اللَّهِ ثَوَابُ الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَكَانَ اللَّهُ سَمِيعًا بَصِيرًا (134)

Terjemah:

Jika Allah menghendaki, niscaya Dia musnahkan kamu wahai manusia, dan Dia datangkan umat yang lain (sebagai penggantimu). Dan adalah Allah Maha Kuasa berbuat demikian. Barang siapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi), karena di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

Mufradat(Kosa Kata)

يُذْهِبْكُمْ :يفنكم

Musnahkan

Analisis Kebahasaan

Jika Allah berkehendak, maka Allah akan memusnahkan suatu kaum dan Ia menggantinya dengan kaum yang lain, karena Ia berkuasa untuk berbuat hal tersebut. Maka jika seorang manusia itu hanya menghendaki pahala di dunia saja ketika ia melakukan amal baik, itu merupakan hal yang sia-sia dan ia sendiri merugi. Karena bagi allah terdapat pahala dunia maupun akhirat.

Sabab Nuzul

Tidak ditemukan sabab al-nuzul pada ayat ini.

Munasabah Antar Ayat

Pada ayat sebelumnya Allah menerangkan bahwa Ia adalah penguasa Langit dan bumi, tidak ada yang bisa menandingi kekuasaannya, Ia juga pemelihara langit dan bumi tersebut. Pada ayat ini yaitu 133, Allah menerangkan salah satu hak kekuasaannya adalah memusnahkan suatu kaum dan menggantinya dengan kaum yang lain. Maka dari itu, hendaklah manusia melakukan refleksi atas perbuatan yang telah diperbuatnya. Pada ayat 134 Allah menerangkan bahwa apabila seorang manusia hanya mengharapkan balasan di dunia karena amalnya, maka ia termasuk golongan orang yang merugi. Ayat tersebut dikemukakan oleh Allah agar manusia tidak hanya berniat untuk dunia dalam beramal dan selalu melakukan refleksi atas perbuatannya

Pada ayat selanjutnya Allah menerangkan salah satu perbuatan yang bisa diniati untuk dunia dan akhirat, yaitu menjadi penegak hukum yang adil.

Penafsiran dengan Hadits dan Ayat yang terkait

Jika Allah berkehendak, maka Allah akan memusnahkan suatu kaum dan Ia menggantinya dengan kaum yang lain, karena Ia berkuasa untuk berbuat hal tersebut. Maka jika seorang manusia itu hanya menghendaki pahala di dunia saja ketika ia melakukan amal baik, itu merupakan hal yang sia-sia dan ia sendiri merugi. Karena bagi allah terdapat pahala dunia maupun akhirat. Dalam ayat lain diterangkan:

…وَمَنْ يُرِدْ ثَوَابَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَنْ يُرِدْ ثَوَابَ الْآَخِرَةِ نُؤْتِهِ مِنْهَا وَسَنَجْزِي الشَّاكِرِينَ (145)

….Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.(Q.S.Ali Imran/3: 145)

Berdasarkan ayat tersebut, maka manusia harus berniat untuk mencari ridha Allah dalam segala perbuatan baik yang dilakukannya. Karena dengan demikian, maka Allah akan memberikan balasan dunia akhirat kepada amal perbuatan manusia tersebut.

 

Pokok Kandungan Ayat yang dapat diambil

Terdapat beberapa pokok kandungan dari ayat tersebut yang dapat diambil, antara lain:

  1. Kekuasaan Allah Maha besar dan mutlak.
  2. Setiap manusia yang beriman hendaklah berniat tidak hanya untuk dunia ketika melakukan sesuatu.
  3. Setiap orang yang hanya berorientasi pada dunia, maka ia termasuk orang yang merugi.

 

Surah al-Baqarah: 153

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ (153)

Terjemah:

Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

Mufradat(Kosa Kata)

الصَّبْرِ:

Sabar adalah suatu perbuatan menahan hawa nafsu.

Analisis Kebahasaan

Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dari maksiat dan menjalankan ibadah, dan dengan mendirikan shalat, karena sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar, maksudnya selalu mengabulkan doanya dan pekerjaan yang dilakukan dengan penuh kesabaran.

Sabab Nuzul

Tidak ditemukan sabab al-nuzul pada ayat ini.

Munasabah Antar Ayat

Pada ayat sebelumnya Allah menerangkan tentang orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah dan perintah kepada mereka agar mereka selalu ingat kepada Allah, maka Allah akan selalu mengingatnya, dan juga perintah kepada mereka agar mereka senantiasa bersyukur kepada Allah dan jangan mengkufuri nikmatNya. Maka pada ayat ini Allah melanjutkannya dengan menerangkan mengenai perintah agar manusia senantiasa meminta pertolongan kepada Allah dengan sabar dan menjalankan shalat. Karena Allah akan mengabulkan permintaan orang-orang yang sabar. Pada ayat selanjutnya Allah menerangkan mengenai keistimewaan orang yang mati di jalan Allah, bahwa mereka tidak mati, namun mereka semua itu hidup, tetapi kebanyakan manusia tidak menyadarinya.

Penafsiran dengan Hadits dan Ayat yang terkait

Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dari maksiat dan menjalankan ibadah, dan dengan mendirikan shalat, karena sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar, maksudnya selalu mengabulkan doanya dan pekerjaan yang dilakukan dengan penuh kesabaran.

Al-shabr dalam pandangan para sufi diantaranya berarti tabah di dalam menghadapi segala kesulitan tanpa ada rasa kesal dalam diri. Sabar juga berarti tetap merasa cukup meskipun realitasnya tidak memiliki apa-apa. Sabar merupakan salah satu dari sekian maqamat untuk menuju kepada ma’rifat billah. Dengan kesabaran seseorang akan menjadi lebih terang hatinya sehingga lebih mudah dalam meyakini keAgungan Allah. Menurut al-Ghazali, sabar itu dibagi menjadi 3, yaitu sabar dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban karena Allah. maksudnya adalah menjalankan kewajiban-kewajiban agama dengan teguh dan tahan uji, tidak akan mundur dan surut walaupun menemui kesulitan dan tantangan, tetap istiqamah dan ikhlas hati, semata-mata mengharap ridha Allah. Sabar menjaga diri dari larangan-larangan Allah, yang dimaksud adalah tetap tidak mau mengerjakan sesuatu yang sudah menjadi larangan agama, berlaku jujur dan tidak mau menyimpang dari tuntunan syari’at Islam adalah termasuk karakter dari orang yang sabar. Sabar bila mendapat cobaan, yang dimaksud disini adalah tetap tabah dan tahan uji apabila dalam hidupnya menemui halangan-rintangan, malapetaka dan penderitaan. Cobaan-cobaan yang dimaksud bisa berupa gangguan kesehatan, krisis ekonomi dan bencana alam dan lain sebagainya.

Dengan kesabaran yang ada pada diri seorang manusia maka mental manusia akan lebih tertata dan siap untuk menghadapi sesuatu yang datang dari luar, baik itu berupa musibah, cobaan dari seseorang atau menjalankan perintah Allah. Hakikat dari kesabaran adalah proses menahan gejolak yang ada dalam hati agar tetap konsekuen dengan apa yang dijalaninya.

Apabila nilai kesabaran sudah mendarah daging pada diri manusia, maka manusia akan mampu untuk berakhlak mulia dalam pergaulan sosial di masyarakat dan tidak tergoyahkan dengan gejolak yang melanda atau terjadi di masyarakat. Anak juga akan mampu menempatkan dirinya untuk berperan di masyarakat.

Dalam ayat yang menerangkan tentang shalat biasanya memakai redaksi lafadh aqim bukan if’al. Hal itu menunjukkan bahwa perintah mendirikan shalat mempunyai nilai-nilai edukatif yang sangat mendalam, karena shalat itu tidak hanya dikerjakan sekali atau dua kali saja, tetapi seumur hidup selama hayat masih dikandung badan. Penggunaan kata aqim tersebut juga menunjukkan bahwa shalat tidak hanya dilakukan, tetapi nilai shalat wajib diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya kedisiplinan, ketaatan kepada Tuhannya, dan lain sebagainya. Penegakan nilai-nilai shalat dalam kehidupan merupakan manifestasi dari ketaatan kepada Allah. Shalat merupakan komunikasi hamba dan khaliknya, semakin kuat komunikasi tersebut, semakin kukuh keimanannnya.

Maka dari itu, realisasi nilai-nilai yang ada dalam penegakan shalat inilah yang perlu dibina dari seorang manusia. Dengan menjelaskan mengenai hikmah yang dikandung dalam ibadah berupa shalat lima waktu tersebut, maka manusia akan mampu menggunakan logikanya untuk berpikir bagaimana seharusnya ia bersikap dan merealisasikan nilai-nilai shalat dalam kehidupan sehari-harinya. Maka selanjutnya manusia akan mampu berakhlak yang baik dalam kehidupan bermasyarakat.

Maka dari itu, dapat dikatakan kesabaran dan shalat merupakan sarana penolong manusia dari kesusahan dan sarana mendekatkan diri kepada sang pencipta. Dengan sabar manusia akan mampu memikirkan hikmah dibalik suatu kejadian yang ditetapkan oleh Allah. Dengan shalat manusia akan mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan Allah.

Pokok Kandungan Ayat yang dapat diambil

Dari ayat tersebut dapat diambil pokok kandungan sebagai berikut:

  1. Perintah untuk sabar dalam segala hal.
  2. Perintah untuk selalu menjalankan shalat dalam keadaan apapun, karena shalat merupakan sarana berkomunikasi dengan Allah.

Surah al-Nisa’: 148

لَا يُحِبُّ اللَّهُ الْجَهْرَ بِالسُّوءِ مِنَ الْقَوْلِ إِلَّا مَنْ ظُلِمَ وَكَانَ اللَّهُ سَمِيعًا عَلِيمًا (148)

Terjemah:

Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Mufradat(Kosa Kata)

الْجَهْرَ بِالسُّوءِ: لا يحب أن يذكر بالقول القبيح لأحد من الناس

Maksudnya ucapan yang jelek atau buruk yang keras dan terang-terangan sehingga didengar orang lain.

Analisis Kebahasaan

Allah tidak menyukai perbuatan yang berupa mengucapkan kata-kata buruk yang diucapkan dengan terang dan jelas juga keras kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah mengetahui segala perbuatan yang dilakukan oleh manusia, karena Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

Sabab Nuzul

Dikemukakan oleh Hanad bin al-Sirri di dalam kitab al-Zuhd yang bersumber dari Mujahid. Mujahid berkata: “Turunnya ayat “Laa Yuhibbullaahul Jahra Bissu-I Minal Qauli Illaa Man Dlulima” mengenai seorang laki-laki yang bertemu ke rumah seorang laki-laki Madinah dan menerima perlakuan yang tidak baik, sampai ia pindah dari rumah orang itu. Si tamu itu menceritakan apa yang diperlakukan terhadap dirinya tadi.

Munasabah Antar Ayat

Pada ayat sebelumnya Allah menerangkan mengenai ketetapan bahwa Allah tidak akan menyiksa manusia jika manusia tersebut bersyukur dan beriman juga melaksanakan konsekuensi dari syukur dan imannya tersebut. Maka pada ayat ini Allah menjelaskan mengenai larangan berkata kotor dengan jelas dan terang, kecuali bagi orang yang dianiaya, karena hal itu termasuk salah satu perbuatan tidak mensyukuri nikmat Allah yang berupa mulut. Pada ayat selanjutnya Allah menjelaskan mengenai perbuatan baik yang merupakan lawan dari berkata kotor yaitu mengatakan kebaikan dan juga memaafkan kesalahan.

 

Penafsiran dengan Hadits dan Ayat yang terkait

Allah tidak menyukai perbuatan yang berupa mengucapkan kata-kata buruk yang diucapkan dengan terang dan jelas juga keras kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah mengetahui segala perbuatan yang dilakukan oleh manusia, karena Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

Setiap manusia diharuska melunakkan suara dengan berkata dengan sopan kepada siapa saja, agar tidak menyakiti hati orang tersebut. Karena apabila seseorang berkata keras kepada orang lain, maka secara otomatis orang lain akan tersinggung dan tersakiti hatinya. Bentuk bicara dengan baik ini juga disebutkan dalam al-Qur’an antara lain dalam ayat berikut ini:

…وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا (23)

Artinya:… dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.(Q.S. al-Isra’/17:23).

وَلَا تُؤْتُوا السُّفَهَاءَ أَمْوَالَكُمُ الَّتِي جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ قِيَامًا وَارْزُقُوهُمْ فِيهَا وَاكْسُوهُمْ وَقُولُوا لَهُمْ قَوْلًا مَعْرُوفًا (5)

Artinya: Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik. llah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (Q.S. al-Nisa’/4:5)

وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا (9)

Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (Q.S. al-Nisa’/4:9)

 

وَإِمَّا تُعْرِضَنَّ عَنْهُمُ ابْتِغَاءَ رَحْمَةٍ مِنْ رَبِّكَ تَرْجُوهَا فَقُلْ لَهُمْ قَوْلًا مَيْسُورًا (28)

Artinya: Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas.(Q.S. al-Isra’/17: 28)

Beberapa ayat di atas mengemukakan tentang berkomunikasi atau berkata-kata yang baik dan tidak membuat orang lain marah, yaitu dengan perkataan yang benar, perkataan yang pantas, perkataan yang mulia dan perkataan yang baik. Disamping itu, juga nada bicara seseorang itu juga harus dijaga, karena walaupun bicaranya dengan menggunakan kata-kata yang sopan, namun nadanya keras, maka hal itu juga akan membuat orang lain merasa sakit. Selain itu, raut muka ketika bicara juga perlu dijaga. Jangan sampai seseorang dalam setiap bertemu dengan orang lain menunjukkan raut muka yang masam. Jika dalam bicara atau berkata, seseorang menunjukkan raut muka yang masam, maka orang yang diajak bicara juga akan merasa tidak enak.

Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa dalam berkata-kata dan berbicara itu terdapat etika yang harus dipenuhi oleh seorang muslim.

Pokok Kandungan Ayat yang dapat diambil

Dari ayat tersebut terdapat beberapa pelajaran yang dapat diambil, antara lain:

  1. Hendaklah manusia selalu mengucapkan kebaikan dan mengatakan perkataan yang baik.
  2. Mengatakan perkataan yang jelek dengan keras dan terang-terangan hukumnya haram.
  3. Bagi orang dianiaya terdapat keringanan tersendiri yaitu boleh mengatakan ucapan yang buruk dengan jelas dan terang.

Surah Muhammad: 38

هَا أَنْتُمْ هَؤُلَاءِ تُدْعَوْنَ لِتُنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَمِنْكُمْ مَنْ يَبْخَلُ وَمَنْ يَبْخَلْ فَإِنَّمَا يَبْخَلُ عَنْ نَفْسِهِ وَاللَّهُ الْغَنِيُّ وَأَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ (38)

Terjemah:

Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada orang yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang membutuhkan (Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu (ini).

Mufradat(Kosa Kata)

يَبْخَلُ

Maksudnya adalah bakhil atau kikir atau pelit.

الْغَنِيُّ

Orang yang kaya yang hartanya banyak dan melimpah.

الْفُقَرَاءُ

Orang-orang yang membutuhkan maksudnya ia tidak mempunyai penghasilan tetap dan penghasilannya tidak mampu digunakan makan untuk satu hari.

Analisis Kebahasaan

Ingatlah, ketika kamu sekalian diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu sekalian ada orang yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang membutuhkan-Nya; dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu.

 

Sabab Nuzul

Tidak ditemukan sabab al-nuzul pada ayat ini

Munasabah Antar Ayat

Pada ayat sebelumnya Allah menerangkan sifat manusia yang gila harta dan kikir dengan harta tersebut. Maka pada ayat ini Allah memerintahkan agar manusia menyedekahkan sebagian hartanya dan tidak bersifat kikir. Karena orang yang kikir akan dibenci oleh Allah dan akan disingkirkan dari muka bumi. Pada ayat selanjutnya Allah menerangkan kemenangan yang diperoleh orang-orang yang selalu mematuhi dan taat atas perintah Allah.

 

Penafsiran dengan Hadits dan Ayat yang terkait

Ingatlah, ketika kamu sekalian diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu sekalian ada orang yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang membutuhkan-Nya; dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu.

Dari ayat tersebut, maka dapat dipahami bahwa sesama manusia harus saling tolong menolong dengan mengeluarkan sedekah. Namun hal yang demikian saja sulit dilakukan. Padahal melaksanakan sedekah itu sangat mudah, sebagaimana diterangkan dalam hadits ini:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كُلُّ سُلاَمَى مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ، كُلُّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيْهِ الشَّمْسُ تَعْدِلُ بَيْنَ اثْنَيْنِ صَدَقَةٌ، وَتُعِيْنُ الرَّجُلَ فِي دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهَا أَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ، وَبِكُلِّ خُطْوَةٍ تَمْشِيْهَا إِلَى الصَّلاَةِ صَدَقَةٌ وَ تُمِيْطُ اْلأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ صَدَقَةٌ . [رواه البخاري ومسلم]

Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata : Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Setiap anggota tubuh manusia wajib disedekahi, setiap hari dimana matahari terbit lalu engkau berlaku adil terhadap dua orang (yang bertikai) adalah sedekah, engkau menolong seseorang yang berkendaraan  lalu engkau bantu dia untuk naik kendaraanya atau mengangkatkan barangnya adalah sedekah, ucapan yang baik adalah sedekah, setiap langkah ketika engkau berjalan menuju shalat adalah sedekah dan menghilangkan gangguan dari jalan adalah sedekah.

Dari hadits itu dapat dipahami bahwa bersedekah itu sangat mudah. Jadi betapa bodohnya orang yang bakhil atau kikir tersebut. Orang tersebut juga merupakan orang yang kufur nikmat.

 

Pokok Kandungan Ayat yang dapat diambil

Dari ayat tersebut terdapat beberapa pelajaran yang dapat diambil, antara lain:

  1. Setiap manusia hendaklah mengeluarkan sedekah dari sebagian harta yang ia miliki.
  2. Sedekah bisa dilakukan tidak hanya dengan harta saja.
  3. Janganlah menjadi orang yang kikir sehingga dibenci oleh Allah.

 

Surah al-Isra’: 26-27

وَآَتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا (26) إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا (27)

Terjemah:

Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.

(Kosa Kata) Mufradat

تَبْذِيرًا:

Menginfakkan harta dengan tidak haq atau sia-sia atau boros.

Analisis Kebahasaan

Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros dengan melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat dan berlebih-lebihan. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.

Sabab Nuzul

Dikemukakan oleh al-Thabrani dan lainnya yang bersumber dari Abi Sa’id al-Khudhri yang berkata: “ketika turunnya ayat Wa Aati Dza al-Qurba dst sampai akhir ayat, Rasulullah saw memanggil Fatimah lalu memberikannya tanah di Fadak (yang beliau peroleh dari ghanimah). Ibn Katsir berkata: Ini Musykil, karena riwayat ini seakan-akan ayat Madaniyah, sedangkan yang masyhur adalah Makkiyah”. Hadits seperti di atas, diriwayatkan oleh Ibn Mardawaih yang bersumber dari Ibn Abbas.

Munasabah Antar Ayat

Pada ayat sebelumnya diterangkan mengenai cara berbuat baik kepada kedua orang tua dengan niat yang tulus serta ikhlas. Maka pada ayat ini dilanjutkan dengan keterangan cara berbuat baik kepada saudara dekat, orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dengan cara memberi mereka sebagian harta yang dipunyai. Ayat ini juga menerangkan larangan menghambur-hamburkan harta. Dan ayat selanjutnya yaitu menerangkan mengenai akibat orang yang selalu bertindak semena-mena dengan menghamburkan harta.

Penafsiran dengan Hadits dan Ayat yang terkait

Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros dengan melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat dan berlebih-lebihan. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.

Perbuatan boros itu dibenci oleh Allah dan merupakan salah satu perbuatan setan. Contoh perbuatan boros adalah membelanjakan harta melebihi kebutuhan yang biasanya dibutuhkan. Contoh lain adalah melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat bagi diri sendiri atau bagi orang lain. Bahasa yang tepat bagi pemboros adalah orang yang menghambur-hamburkan uang.

Pokok Kandungan Ayat yang dapat diambil

Dari ayat tersebut terdapat beberapa pelajaran yang dapat diambil, antara lain:

  1. Larangan berlaku boros dan menghambur-hamburkan harta.
  2. Orang yang menghambur-hamburkan uang termasuk golongannya setan.

 

 

Surah al-Baqarah: 109

وَدَّ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ فَاعْفُوا وَاصْفَحُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (109)

 

Terjemah:

Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Mufradat(Kosa Kata)

وَدَّ :أحب وتمنى

Senang dan berharap

حَسَدًا: تمني زوال النعمة عن المحسود

Berharap hilangnya nikmat dari orang yang didengki.

Analisis Kebahasaan

Sebagian besar ahli kitab maksudnya orang Yahudi menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu sekalian orang Muslim kepada kekafiran setelah kamu beriman. Hal tersebut dikarenakan dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri. Maka umat Islam harus memaafkan segala perbuatan yang pernah mereka lakukan dan membiarkan mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya.

Sabab Nuzul

Dikemukakan oleh Ibn Abi Hatim dari Sa’id bin Huzaimah atau ‘Ikramah yang bersumber dari Ibn Abbas, bahwa dahulu Hay bin Ahthab dan Abu Yasir bin Ahthab adalah termasuk orang-orang Yahudi yang paling dengki kepada orang-orang Arab, dengan dalih bahwa Allah telah mengistimewakan mereka dengan munculnya seorang utusan di kalangan mereka. Kedua orang jahat itu dengan penuh kesungguhan menghalang-halangi orang lain masuk Islam semampu mungkin. Maka allah menurunkan ayat tersebut di atas, “Wadda Katsirun sampai akhir ayat” sehubungan dengan peristiwa kedua orang tersebut.

Munasabah Antar Ayat

Pada ayat sebelumnya Allah melontarkan pertanyaan dan tantangan mengenai konsekuensi orang yang menukar iman seperti halnya umat Nabi Musa. Maka pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa Ahli Kitab tetap berkeinginan untuk membuat orang muslim keluar dari agamanya karena kedengkian pada hati ahli kitab tersebut. Maka pada ayat sesudahnya menerangkan cara memperkokoh keimanan, dengan menjalankan shalat, menunaikan zakat dan menjalankan sesuatu yang mendatangkan pahala.

Penafsiran dengan Hadits dan Ayat yang terkait

Sebagian besar ahli kitab maksudnya orang Yahudi menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu sekalian orang Muslim kepada kekafiran setelah kamu beriman. Hal tersebut dikarenakan dengki yang timbul dari diri mereka sendiri. Maka umat Islam harus memaafkan segala perbuatan yang pernah mereka lakukan dan membiarkan mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya.

Ayat tersebut jika dipahami dengan integral, maka terdapat larangan untu iri atau dengki kepada orang lain karena hal itu akan menjatuhkan diri orang yang mendengki. Dengki akan menjadikan manusia akan selalu ingin apa yang dimiliki orang lain. Dengki akan mengakibatkan manusia akan selalu berprasangka buruk kepada orang lain dan juga akan menjadikan hidup manusia tersebut tidak tenang. Dengki yang termasuk a’malu assyayiat akan memakan setiap kebaikan yang pernah dilakukan. Jika seorang manusia terus melakukan dengki maka kebaikan yang ia lakukan akan hilang sia-sia. Hal tersebut sesuai dengan hadits berikut:

وعن أبي هريرة رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: إياكم والحسد؛ فإن الحسد يأكل الحسنات كما تأكل النار الحطب، أو قال: العشب رواه أبو داود.

Jagalah dirimu dan dari iri dengki, maka iri dengki memakan kebaikan seperti api yang memakan kayu kering.

Dan hadits berikut ini:

وعن أبي هيرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: إياكم والظن، فإن الظن أكذب الحديث، ولا تحسسوا، ولا تجسسوا ولا تنافسوا، ولا تحاسدوا، ولا تباغضوا، ولا تدابروا، وكونوا عباد الله إخواناً كما أمركم. المسلم أخو المسلم، لا يظلمه، ولا يخذله ولا يحقره، التقوى ههنا، التقوى ههنا ويشير إلى صدره بحسب امريءٍ من الشر ان يحقر أخاه المسلم، كل المسلم على المسلم حرامٌ: دمه، وعرضه، وماله، إن الله لا ينظر إلى أجسادكم، ولا إلى صوركم، ولكن ينظر إلى قلوبكم وأعمالكم.

وفي روايةٍ: لا تحاسدوا، ولا تباغضوا، ولا تجسسوا، ولا تحسسوا ولا تناجشوا وكونوا عباد الله إخواناً.

Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Takutlah kamu dan kepada prasangka, maka sesungguhnya prasangka adalah paling bohongnya cerita, jangan ngrasani, jangan suka buka rahasia, janganlah kamu berlomba-lomba, janganlah kamu mendengki, janganlah kamu suka marah, janganlah kamu bermusuhan, jadilah kamu hamba allah yang dengan menjadi saudara seperti apa yang diperintahkan Allah kepadamu, muslim itu saudaranya muslim, ia tidak menganiaya saudaranya, tidak menghinanya dan tidak merendahkannya, taqwa disini, taqwa disini, sambil nabi memberi isyarah pada dadanya, dengan melihat kejelekan seseorang yang merendahkan saudaranya yang muslim, semua muslim atas muslim yang lainnya haram darahnya, kehormatannya, hartanya, sesungguhnya Allah tidak melihat pada jasadmu dan rupamu akan tetapi Allah melihat pada hatimu dan amalmu.

Dari hadits tersebut dapat dipahami bahwa hendaknya manusia saling menghormati dan toleransi kepada orang lain. Janganlah selalu mendengki atau mempunyai perasaan dengki. Karena perasaan tersebut akan membuat hidup manusia tidak tenang.

Pokok Kandungan Ayat yang dapat diambil

Dari ayat tersebut terdapat beberapa pelajaran yang dapat diambil, antara lain:

  1. Orang Islam harus mempunyai sifat pemaaf. Karena orang yang pemaaf akan selalu diberi rahmat oleh Allah.
  2. Orang Islam harus toleransi terhadap agama lain, dan menghormatinya.
  3. Orang Islam tidak boleh mempunyai sifat dengki. Karena kedengkian itu ibarat api yang membakar kayu bakar.

 

Surah al-Baqarah: 191

 وَاقْتُلُوهُمْ حَيْثُ ثَقِفْتُمُوهُمْ وَأَخْرِجُوهُمْ مِنْ حَيْثُ أَخْرَجُوكُمْ وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ وَلَا تُقَاتِلُوهُمْ عِنْدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ حَتَّى يُقَاتِلُوكُمْ فِيهِ فَإِنْ قَاتَلُوكُمْ فَاقْتُلُوهُمْ كَذَلِكَ جَزَاءُ الْكَافِرِينَ (191)

Terjemah:

Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidilharam, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir

 

Mufradat(Kosa Kata)

الْفِتْنَةُ: الشرك منهم, إلقاء الخوف واختلال نظام العَيْششِ.

Fitnah itu adalah kemusyrikan yang ada pada diri orang-orang Arab. Membuat takut dan menyatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan.

Analisis Kebahasaan

Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidilharam, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Namun, jika mereka memerangi kamu di tempat itu, maka bunuhlah mereka. Karena demikianlah balasan bagi orang-orang kafir.

Sabab Nuzul

Dikemukakan oleh al-Wahidi dari al-Kalbi dari Abi Shaleh yang bersumber dari Ibn Abbas, bahwa ayat itu turun mengenai peristiwa perdamaian Hudaibiyah. Pada waktu itu Rasulullah dihalang-halangi kaum Quraisy memasuki Baitullah. Kemudian orang-orang musyrik menjanjikan agar beliau pulang dahulu, nanti tahun depan saja menunaikan umrahnya. Ketika Rasulullah dan para sahabatnya mempersiapkan diri untuk menunaikan umrah sesuai dengan perjanjian. Mereka khawatir orang-orang Quraisy tidak menepati janji dan menghalang-halangi mereka memasuki masjid al-haram bahkan memerangi, padahal para sahabat Nabi tidak suka memerangi mereka pada bulan haram. Maka Allah menurunkan ayat tersebut di atas.

 

Munasabah Antar Ayat

Pada ayat sebelumnya Allah memerintahkan kaum muslimin untuk memerangi orang yang memusuhi dan memerangi mereka, namun dilarang berlebihan dan masih menggunakan etika. Maka pada ayat ini, Allah menerangkan wujud etika dan koridor batas-batas kewajaran dalam berperang, yaitu larangan berperang di Masjid al-Haram dan pada bulan-bulan haram, kecuali jika benar-benar terdesak. Kemudian pada ayat sesudahnya Allah menerangkan tindakan yang seharusnya dilakukan oleh umat Islam jika mereka mengadakan gencatan senjata, yaitu juga melakukan gencatan senjata.

 

Penafsiran dengan Hadits dan Ayat yang terkait

Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidilharam, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Namun, jika mereka memerangi kamu di tempat itu, maka bunuhlah mereka. Karena demikianlah balasan bagi orang-orang kafir.

Ayat tersebut menerangkan bahwa fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Karena kalau pembunuhan hanya bisa menghilangkan satu nyawa, tapi jika fitnah itu bisa menghancurkan satu negara. Fitnah bisa membuat hati orang yang difitnah akan merasa panas dan akan melakukan segala cara untuk mengalahkan saingannya. Fitnah itu bisa menyebabkan adu domba yang sangat dibenci Rasulullah. Sebagaimana hadits berikut ini:

وعن ابن مسعودٍ رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ألا أنبئكم ما العضه ؟ هي النميمة، القالة بين الناس رواه مسلم.

Apakah aku belum memberimu khabar apa itu adu-adu? Itu adalah adu domba yang menjamur(dengan mengatakan buruk manusia yang satu dengan yang lainnya) antara manusia.

Maka dari itu Nabi Muhammad dalam haditsnya memerintahkan agar manusia selalu menjaga lisannya dan kata-katanya agar tidak menimbulkan fitnah bagi manusia yang tidak berdosa.

وعن أبي هريرة رضي الله عنه أنه سمع النبي صلى الله عليه وسلم يقول: إن العبد ليتكلم بالكلمة ما يتبين فيها يزل بها إلى النار أبعد مما بين المشرق والمغرب متفقٌ عليه.

ومعنى: يتبين يتفكر أنها خيرٌ أم لا.

Sesungguhnya hamba hendaklah ketika mengucapkan dengan  kata (sesuatu) dipikirkan dahulu apakah itu baik atau tidak karena ia bisa terpeleset ke neraka yang lebih jauh daripada jarak antara timur dengan barat.

 

Pokok Kandungan Ayat yang dapat diambil

Dari ayat tersebut terdapat beberapa pelajaran yang dapat diambil, antara lain:

  1. Larangan untuk saling memfitnah antar manusia
  2. Anjuran untuk menjaga tutur kata dan lisan supaya tidak menimbulkan fitnah yang akibatnya akan menyengsarakan orang yang tidak bersalah.
  3. Larangan untuk berperang pada bulan-bulan haram.
  4. Larangan berperang di tanah haram.

Demikian penafsiran beberapa ayat yang menerangkan perilaku yang mampu penulis kemukakan, apabila terdapat kesalahan itu merupakan kesalahpahaman penulis karena keilmuan penulis belum mampu untuk menggapai itu, dan apabila terdapat kebenaran maka semata-mata itu adalah pertolongan dari Allah.

وبالله التوفيق والهداية والحمد لله رب العلمين

والله اعلم بالصواب

METODE PENAFSIRAN AL-QUR’AN


METODE PENAFSIRAN AL-QUR’AN

By: Muhammad Fathurrohman, M.Pd.I

(Guru Sang Dewo (SMPN 2 Pagerwojo) & Akademisi UIN Maliki Malang)

 

A.     Latar Belakang

Al-Qur’an merupakan salah satu wahyu yang berupa kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad saw. Al-Qur’an yang berupa kalam Allah ini merupakan kitab atau wahyu yang istimewa dibandingkan dengan wahyu-wahyu yang lainnya. Bahkan salah satu keistimewaannya adalah tidak ada satu bacaan-pun sejak peradaban baca tulis dikenal lima ribu tahun yang lalu, yang dibaca baik oleh orang yang mengerti artinya, maupun oleh orang yang tidak mengerti artinya.

Sebagai sumber ajaran Islam yang utama al-Qur’an diyakini berasal dari Allah dan mutlak benar. Keberadaan al-Qur’an sangat dibutuhkan oleh manusia. Di dalam al-Qur’an terdapat petunjuk hidup yang sangat dibutuhkan oleh manusia sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan. Petunjuk yang ada dalam al-Qur’an memang terkesan masih bersifat umum dan global, maka dari itu perlu penjabaran dari hadits. Di samping itu, akal manusia juga harus mengolah petunjuk dan hukum yang ada dalam al-Qur’an, karena al-Qur’an diturunkan dan diperuntukkan bagi orang yang berakal. Sejalan dengan hal tersebut, Quraish Shihab menjelaskan, al-Qur’an sebagai wahyu, merupakan bukti kebenaran Nabi Muhammad sebagai utusan Allah, tetapi fungsi utamanya adalah sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia.

Al-Qur’an tidak dapat dipahami hanya dengan membaca atau menerjemahkannya saja. Untuk memahami al-Qur’an diperlukan ilmu penafsiran atau pena’wilan al-Qur’an tersebut. Karena biasanya terdapat kata-kata atau ayat-ayat yang sulit dipahami jika hanya dengan membacanya. Penafsiran terhadap al-Qur’an dilakukan sejak zaman Nabi masih hidup sampai masa kontemporer ini. Dan itupun tidak berhenti sampai di sini. Al-Qur’an walaupun dikaji sepanjang masa, tetaplah tidak didapat pemahaman secara sempurna. Karena itulah kemu’jizatan al-Qur’an yang hal itu menunjukkan bahwa al-Qur’an tersebut bukan buatan manusia.

Berbagai metode tafsir berkembang mulai dari zaman dahulu hingga sekarang, mulai dari yang sederhana sampai yang khusus pada disiplin ilmu tertentu. Perkembangan metode penafsiran tersebut sejalan dengan penafsiran yang dilakukan oleh manusia. Sehingga muncullah empat metode dasar penafsiran, yaitu ijmali, muqarin, tahlili, dan maudhu’i. Keempat metode tersebut mempunyai karakteristik dan langkah-langkah yang berbeda dalam penerapannya. Maka dari itu, Kami akan membahas secara terperinci mengenai metode-metode tersebut dalam karya yang berjudul “Metodologi Penafsiran al-Qur’an”.

B.     Pengertian Metodologi Tafsir

Metodologi tafsir adalah ilmu tentang metode penafsiran al-Qur’an. Dapat dibedakan antara metode tafsir dan metodologi tafsir. Metode tafsir adalah cara-cara menafsirkan al-Qur’an. Sedangkan metodologi tafsir adalah ilmu tentang cara penafsiran al-Qur’an. Pembahasan secara teoritis dan ilmiah mengenai metode muqarin (perbandingan), upamanya disebut analisis metodologis. Namun jika pembahasan itu  berkaitan dengan cara penerapan metode itu terhadap ayat-ayat al-Qur’an, hal itu disebut pembahasan metode. Adapun cara penyajian atau memformulasikan tafsir-tafsir tersebut disebut teknik atau seni menafsirkan. Jadi, metode tafsir merupakan kerangka atau kaidah yang digunakan dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an. Sedangkan seni atau tekniknya adalah cara yang dipakai ketika menerapkan kaidah yang tertuang di dalam metode. Adapun metodologi tafsir adalah pembahasan tentang metode-metode penafsiran.

C.     Perkembangan Metodologi Tafsir

Sejarah mencatat, penafsiran al-Qur’an telah tumbuh dan berkembang sejak masa-masa awal pertumbuhan dan perkembangan Islam. Hal ini didukung oleh adanya fakta sejarah yang menyebutkan bahwa Nabi pernah melakukannya. Pada saat sahabat beliau tidak memahami maksud dan kandungan salah satu isi kitab suci al-Qur’an, mereka menanyakan kepada Nabi. Dalam konteks ini, Nabi memang berposisi sebagai mubayyin (penjelas terhadap segala persoalan umat). Penafsiran-penafsiran yang dilakukan Nabi ini memiliki sifat-sifat dan karakteristik tertentu, diantaranya penegasan makna (bayan al-ta’kid); perincian makna (bayan tafshil), perluasan dan penyempitan makna; kualifikasi makna, serta pemberian contoh. Sedangkan dari segi motifnya, penafsiran Nabi SAW terhadap ayat-ayat al-Qur’an mempunyai tujuan-tujuan: pengarahan (bayan Irsyad), peragaan (tathbiq), pembetulan (bayan tashhih) atau koreksi.

Sepeninggal Nabi, kegiatan penafsiran al-Qur’an tidak berhenti, malah boleh jadi semakin meningkat. Munculnya persoalan-persoalan baru seiring dengan dinamika masyarakat yang progresif mendorong uimat Islam generasi awal mencurahkan perhatian yang besar dalam menjawab problematika umat. Perhatian utama mereka tertuju kepada al-Qur’an sebagai sumber ajaran Islam, maka upaya-upaya penafsiran terus dilakukan. Dalam penafsiran pada masa itu, pegangan mereka adalah riwayat-riwayat yang dinukilkan dari Nabi.

Penafsiran-penafsiran yang dilakukan para sahabat di atas, pada pembahasan selanjutnya nanti dikenal dengan tafsir bi al-ma’tsur. Tafsir yang disebut terakhir ini mendasarkan pembahasan dan sumbernya pada riwayat. Cara ini kemudian dikenal sebagai sebuah metode penafsiran al-Qur’an yang disebut dengan metode riwayah. Sebagai perimbangana dari metode ini timbullah metode lainnya, yaitu tafsir bi al-ra’yi yang mendasarkan sumbernya pada penalaran ijtihadi. Dari dua metode ini, nantinya lahir metode-metode lain yang menyebabkan metodologi penfsiran al-Qur’an berkembang. Metode-metode yang dimaksud adalah metode tahlili, metode ijmali, metode muqaran, dan metode maudhu’i. Hal yang perlu dicatat ialah pada masa Nabi dan sahabat, tafsir al-Qur’an masih menggunakan metode ijmali (global). Hal tersebut menunjukkan bahwa metode yang paling awal digunakan adalah metode ijmali, sebab pada waktu itu, Nabi dan Sahabat belum memberikan tentang ayat secara rinci dan mendetail.

   1.   Metode Tahlili (Analisis)

Metode tahlili adalah menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an dengan memaparkan segala aspek yang terkandung di dalam al-Qur’an yang ditafsirkan itu, serta menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya, sesuai dengan keahlian dan kecenderungan mufassir yang menafsirkan ayat tersebut. Tafsir tahlili ialah mengkaji ayat-ayat al-Qur’an dari segala segi dan maknanya, ayat demi ayat, dan surat demi surat sesuai dengan urutan dalam mushaf Utsmani. Untuk itu, pengkajian metode ini, kosa kata dan lafadz, menjelaskan arti yang dikehendaki. Sasaran yang dituju dan kandungan ayat menjelaskan apa yang dapat diistinbatkan dan serta mengemukakan kaitan ayat-ayat dan relevansinya, dengan surat sebelum dan sesudahnya. Untuk itu, ia merujuk kepada sebab-sebab turun ayat, hadits-hadits Rasulullah saw dan riwayat dari para sahabat dan tabi’in. Tujuan utama ulama menafsirkan Al-Qur’an dengan metode ini adalah untuk meletakkan dasar-dasar rasional bagi pemahaman akan kemukzizatan Al-Qur’an, sesuatu yang dirasa bukan menjadi kebutuhan mendesak bagi umat Islam dewasa ini.

Dari segi bentuknya, tafsir tahlili bisa dibagi ke dalam dua pembagian:

Tafsir bi al-Ma’tsur,

Tafsir bi al-Ma’tsur yaitu menafsirkan al-Qur’an dengan al-Qur’an, al-Qur’an dengan sunnah, al-Qu’an dengan pendapat sahabat Nabi SAW, dan al-Qur’an dengan perkataan tabi’in.

Contoh kitab-kitab tafsir yang tergolong tafsir jenis ini adalah:

1)      Jami’ al-Bayan fi Tafsir al-Qur’an (30 juz ) karya Ibn Jarir al-Thabari (w.310 H).

2)      Bahr al-Ulum (3 Jilid) Karya Abu Lais al-Samarkandi (w.373/378 H).

3)      Al-Kasyaf wa al-Bayan ‘an Tafsir al-Qur’an (hanya ditemukan 4 jilid dari surah al-Fatihah sampai al-Furqan), karya Abu Ishaq al-Tsa’labi (w.427H).

4)      Ma’alim al-Tanzil karya al-Baghawi (w.516H).

5)      Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim (4 Jilid) karya Abu al-Fida’ al Hafidz Ibn Katsir (w.774 H).

6)      Al-Jawahir al-Hisan fi Tafsir al-Qur’an karya Abdurrahman al-Sa’labi. (w. 876H)

7)      Al-Dur al-Mantsur fi Tafsir bi al-Matsur (4 jilid) karya Jalal al-din al-Suyuthi. (w.991H)

Tafsir bi al-Ra’yi,

Tafsir bi al-Ra’yi yaitu penafsiran al-Qur’an dengan ijtihad terutama setelah seorang mufasir itu betul-betul mengetahui perihal bahasa Arab, asbab al-nuzul, nasikh mansukh dan hal-hal yang lain yang lazim diperlukan oleh seorang mufasir. Ulama salaf berkeberatan menerima status penafsiran model ini, kalau tidak ada dasar yang shahih.

Tafsir bi al-Ra’yi dapat diterima apabila:

1)      Menjauhi sikap yang terlalu berani menduga-duga kehendak Allah di dalam kalam-Nya tanpa memiliki persyaratan sebagai seorang mufassir.

2)      Memaksakan diri memahami sesuatu yang hanya wewenang Allah

3)      Menghindari dorongan dan kepentingan hawa nafsu

4)      Menghindari tafsir yang ditulis untuk kepentingan madzhab semata.

5)      Menghindari penafsiran pasti (qath’i) di mana seorang mufasir tanpa alasan mengklaim bahwa itulah yang dimaksudkan Allah.

Diantara kitab-kitab tafsir bi al-Ra’yi ini adalah:

1)      Mafatih al-Ghaib karya Fakhr al-Razi (w.606 H).

2)      Anwar al-Tanzil wa asrari al-Ta’wil karya al-Baidhawi (w.691 H)

3)      Madarik al-Tanzil wa Haqaiq al-Ta’wil karya al-Nasafi (w.701 H).

4)      Nadm al-Durar fi Tanasub al-ayat wa al-Suwar karya al-Biqa’i

Dari segi coraknya, tafsir tahlili dapat dibagi menjadi 5 sedikitnya, diantaranya:

Tafsir Shufi

Penafsiran yang dilakukan oleh kaum sufi pada umumnya dikuasai oleh ungkapan mistik. Ungkapan-ungkapan tersebut tidak dapat dipahami kecuali oleh orang-orang sufi dan orang yang melatih diri untuk menghayati ajaran tasawuf. Diantara kitab tafsir sufi ini adalah kitab tafsir al-Qur’an al-‘Adzim karangan imam al-Tusturi.

Tafsir Fiqih

Penafsiran al-Qur’an yang dilakukan (tokoh) suatu madzhab untuk dapat dijadikan sebagai dalil atas kebenaran madzhabnya. Tafsir fiqih ini banyak ditemukan dalam kitab-kitab fiqih karangan imam-imam dari berbagai madzhab yang berbeda, sebagaimana kita temukan sebagian ulama yang mengarang kitab tafsir fiqih adalah kitab ahkam al-Qur’an karangan al-Jasshash.

Tafsir Falsafi

Penafsiran ayat-ayat al-Qur’an dengan menggunakan teori-teori filsafat. Contoh kitab ini adalah kitab mafatih al-Ghaib yang dikarang oleh Fakhr al-Razi. Dalam kitab tersebut ia menempuh cara ahli filsafat dalam mengemukakan dalil-dalil yang didasarkan pada ilmu-ilmu kalam dan semantik (logika).

Tafsir Ilmi

Penafsiran ayat-ayat kauniyah yang terdapat dalam al-Qur’an dengan mengaitkan dengan ilmu-ilmu pengetahuan modern yang timbul pada masa sekarang. Diantara kitab tafsir ini adalah kitab al-Islam Yata’adda, karangan al-‘Alamah Wahid al-Din Khan

Tafsir Adabi

Penafsiran ayat-ayat al-Qur’an dengan mengungkapkan segi balaghah al-Qur’an dan kemu’jizatannya, menjelaskan makna-makna dan sasaran-sasaran yang dituju al-Qur’an, mengungkapkan hukum-hukum alam dan tatanan-tatanan kemasyarakatan yang dikandungnya. Tafsir adabi merupakan corak baru yang menarik pembaca dan menumbuhkan kecintaan kepada al-Qur’an serta memotivasi untuk menggali makna-makna dan rahasia-rahasia al-Qur’an. Diantara kitab tafsir adabi adalah kitab tafsir al-Manar karya Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha.

   2.   Metode Ijmali (Global)

Metode ijmali adalah metode tafsir yang menafsirkan ayat al-Qur’an dengan cara mengemukakan makna global. Metode ijmali (Global) menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an secara ringkas tapi mencakup, dengan bahasa yang populer, mudah dimengerti dan enak dibaca. Sistematika penulisannya mengikuti susunan ayat-ayat di dalam mushaf. Penyajiannya tidak terlalu jauh dari gaya bahasa al-Qur’an. Dengan demikian ciri dan jenis tafsir ijmali ini mengikuti urutan ayat menurut tertib mushaf seperti halnya tafsir tahlili. Perbedaannya dengan tafsir tahlili adalah dalam tafsir ijmali makna ayatnya diungkapkan secara ringkas dan global tetapi cukup jelas, sedangkan tafsir tahlili, makna ayatnya diuraikan secara terperinci dengan tinjauan dari berbagai segi dan aspek yang diulas secara panjang lebar.

Keistimewaan tafsir ini ada pada kemudahannya sehingga dapat dikonsumsi oleh lapisan dan tingkatan kaum muslimin secara merata. Sedangkan kelemahannya ada pada penjelasannya yang terlalu ringkas sehingga tidak dapat menguak makna ayat yang luas dan tidak dapat menyelesaikan masalah secara tuntas.

Sebagai contoh adalah penafsiran yang dilakukan oleh Jalalain dalam tafsirnya terhadap 5 ayat pertama surat al-Baqarah, tampak tafsirnya sangat ringkas dan global hingga tidak diberi rincian atau penjelasan yang memadai.

Penafsiran alif lam mim misalnya hanya ditafsiri dengan Allah Maha Tahu maksudnya. Demikian pula kata al-kitab hanya ditafsiri dengan yang dibacakan oleh Muhammad. Dan begitu seterusnya, tanpa ada rincian sehingga penafsiran 5 ayat selesai hanya dalam beberapa baris saja. Sedangkan tafsir tahlili untuk menjelaskan 5 ayat membutuhkan 7 halaman.

   3.   Metode Muqaran (Perbandingan)

Metode tafsir ini menekankan kajiannya pada aspek perbandingan (komparasi) tafsir al-Qur’an. Tafsir al-Muqaran adalah suatu metode tafsir al-Qur’an yang membandingkan ayat al-Qur’an satu dengan yang lainnya, serta membandngkan segi-segi dan kecenderungan masing-masing yang berbeda dalam menafsirkan al-Qur’an. Kemudian ia menjelaskan bahwa diantara mereka ada yang corak penafsirannya ditentukan oleh disiplin ilmu yang dikuasainya, ada diantara mereka yang menitikberatkan pada bidang nahwu yakni, segi-segi i’rab seperti imam al-Zarkasyi. Ada corak penafsirannya ditentukan oleh kecenderungan pada bidang balaghah, seperti Abd al-Qahhar al-Jurjani dalam kitab tafsirnya I’jaz al-Qur’an, dan Ubaidah Ma’mur ibn al-Mutsanna dalam kitab tafsirnya al-Majaz, dimana ia memberi perhatian pada penjelasan ilmu ma’ani, bayan, badi’ , haqiqat, dan majaz, dimana ia memberi perhatian pada penjelasan ilmu ma’ani, bayan, badi’, haqiqat dan majaz.

Seorang mufassir dengan metode muqaran dituntut harus mampu menganalisis pendapat-pendapat para ulama tafsir yang ia kemukakan, lalu ia harus mengambil sikap menerima penafsiran yang dinilai benar dan menolak penafsiran yang tidak dapat diterima oleh rasionya, serta menjelaskan kepada pembaca alasan dari sikap yang diambilnya, sehingga pembaca merasa puas. Selain rumusan yang dikemukakan di atas, metode tafsir muqaran juga mempunyai pengertian dan lapangan yang luas, yaitu membandingkan ayat-ayat al-Qur’an yang berbicara tentang satu masalah (kasus) atau ayat-ayat al-Qur’an dengan hadits Nabi yang tampaknya (lahiriyahnya) berbeda serta mengkompromikan dan menghilangkan dugaan adanya pertentangan antara hadits-hadits Nabi tersebut dan kajian-kajian ilmu yang sangat berharga yang dengan itu akan tampak jelas kelebihan dan profesionalisme seorang mufassir pada bidangnya dengan kemampuan menggali makna-makna al-Qur’an yang belum berhasil diungkapkan penafsir lainnya.

   4.   Metode Maudhu’i (Tematik)

Di samping tafsir dengan pola umum, tafsir yang mengkaji masalah-masalah khusus secara tematik juga berjalan. Ibn al-Qayyim menulis kitab al-Tibyan fi aqsam al-Qur’an , Abu Ubaidah menulis kitab tentang majaz al-Qur’an, al-Raghib al-Asfahani melahirkan Mufradat al-Qur’an, Abu Ja’far al-Nahas menulis kitab al-Nasikh wa al-Mansukh, Abu Hasan al-Wahidi menulis asbab al-Nuzul dan Abu al-Jashash menulis Ahkam al-Qur’an. Dalam konteks modern, studi al-Qur’an semakin meluas dan kompleks, sehingga tidak satupun ayat-ayat al-Qur’an yang terlepas dari penafsiran dengan pola tematiknya.

Metode tematik ialah metode yang membahas ayat-ayat al-Qur’an sesuai dengan tema atau judul yang telah ditetapkan. Semua ayat yang berkaitan dihimpun, kemudian dikaji secara tuntas dari berbagai aspek yang terkait dengannya, seperti Asbab al-Nuzul, kosa kata dan sebagainya. Semua dijelaskan dengan rinci dan tuntas, serta didukung oleh dalil atau fakta yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, baik argumen yang berasal dari al-Qur’an, hadits maupun pemikiran rasional.

Jadi dalam metode ini, tafsir al-Qur’an tidak dilakukan ayat demi ayat. Ia mencoba mengkaji al-Qur’an dengan mengambil sebuah tema khusus dari berbagai macam tema doktrinal, sosial, dan kosmologis yang dibahas dalam al-Qur’an, misalnya ia mengkaji dan membahas doktrin tauhid di dalam al-Qur’an, pendekatan al-Qur’an terhadap ekonomi, ayat-ayat pendidikan, manajemen dan kepemimpinan dalam al-Qur’an bahkan spirit culture kepemimpinan yang ada dalam al-Qur’an yang itu semua bisa menjadi bahan tesis atau bahkan disertasi.

Quraish Shihab mengatakan bahwa metode maudhu’i mempunyai dua pengertian, pertama, penafsiran menyangkut satu surat dalam al-Qur’an dengan menjelaskan tujuan-tujuannya secara umum dan yang merupakan tema ragam dalam surat tersebut antara satu dengan yang lainnya dan juga dengan tema tersebut. Sehingga satu surat tersebut dengan berbagai masalahnya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Kedua, penafsiran yang bermula dari menghimpun ayat-ayat al-Qur’an yang dibahas satu masalah tertentu dari berbagai ayat atau surat dalam al-Qur’an dan sedapat mungkin diurut sesuai dengan urutan turunnya, kemudian menjelaskan pengertian menyeluruh ayat-ayat tersebut, guna menarik petunjuk al-Qur’an secara utuh tentang masalah yang dibahas itu. Lebih lanjut, Quraish Shihab menjelaskan bahwa dalam perkembangan metode maudhu’i ada dua bentuk penyajian. Pertama, menyajikan kotak berisi pesan-pesan al-Qur’an yang terdapat dalam ayat-ayat yang terangkum dalam satu surat saja. Biasanya kandungan pesan tersebut diisyaratkan oleh nama surat yang dirangkum padanya selama nama tersebut bersumber dari informasi rasul. Kedua, metode maudhu’i mulai berkembang tahun 60-an. Bentuk kedua ini menghimpun pesan-pesan al-Qur’an yang terdapat tidak hanya dalam satu surat saja.

Ciri metode ini ialah menonjolkan tema, judul atau topik pembahasan, sehingga tidak salah jika dikatakan bahwa metode ini juga disebut metode topikal. Jadi mufassir mencari tema-tema atau topik-topik yang ada di tengah masyarakat atau berasal dari al-Qur’an itu sendiri, atau lain-lain. Kemudian tema-tema yang sudah dipilih itu dikaji secara tuntas dan menyeluruh dari berbagai aspeknya sesuai dengan kapasitas atau petunjuk yang termuat dalam ayat yang ditafsirkan tersebut.

Sosok Tiga Kitab Tafsir

No

Pengarang

Nama Kitab

Penafsiran

Bentuk

Metode

Corak

1

2

3

Ibn Katsir

Al-Alusi

Al-Jalalain

تفسير القرأن العظيم

تفسير الالوسي

تفسير الجلالين

Ra’y

Ra’y

Ra’y

Analisis

Analisis

Global

Umum

Umum

Umum

Sosok Delapan Kitab Dengan Corak Khusus

No

Pengarang

Nama Kitab

Penafsiran

Bentuk

Metode

Corak

1

2

3

4

5

6

7

8

Al-Zamakhsyari

Al-Thabat-Thaba’i

Al-Qurtubi

Al-Jashshah

Al-Mirgani

M.Rasyid Ridha

Al-Maraghi

A.Yusuf Ali

Al-Kasysyaf

Al-Mizan

Al-Jami’ li al-ahkam al-Qur’an

Ahkam al-Qur’an

Taj al-Tafasir

Al-Manar

Al-Maraghi

The Holy Qur’an

Ra’y

Ra’y

Ra’y

Ra’y

Ra’y

Ra’y

Ra’y

Ra’y

Tahlili

Tahlili

Tahlili

Tahlili

Ijmali

Tahlili

Tahlili

Tahlili

Falsafi

Falsafi

Fiqih

Fiqih

Sufi

Adabi ijtima’i

Adabi ijtima’i

Adabi ijtima’i

Sosok Tafsir al-Azhar

No

Pengarang

Nama Kitab

Penafsiran

Bentuk

Metode

Corak

1

Prof. HAMKA

Al-Azhar

Ra’y

tahlili

Kombinasi sufi, adabi dan ijtima’i

 

D.     Kesimpulan

Dari pembahasan yang dilakukan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

  1. Metodologi tafsir adalah ilmu tentang metode penafsiran al-Qur’an.
  2. Metodologi tafsir akhirnya berkembang menjadi 4, yaitu Ijmali, Tahlili, Muqarin dan Maudhu’i, yang masing-masing mempunyai corak sendiri-sendiri yang tergantung pada mufassirnya.

REFERENSI

Baidan, Nashiruddin, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

Al-Farmawi, Abd al-Hay, Muqaddimah fi al-Tafsir al-Maudhu’i, Kairo: Al-Hadharah al-Arabiyah, 1977.

Al-Jauziyah  Ibn Qayyim, Belajar Mudah Ulum al-Qur’an, Jakarta:Lentera, 2002.

Al-Mahalli, Jalal dan Al-Suyuthi, Jalal, Tafsir al-Jalalain, Mauqi’u al-Islam: Dalam Software Maktabah Syamilah, 2005.

Al-Maraghi, Mustofa, Tafsir al-Maraghi Juz 1, Beirut: Dar al-Fikr, 1989.

Al-Munawar, Said Aqil Husain, Membangun Kesalehan Hakiki, Jakarta: Ciputat Press, 2002.

Al-Qatthan, Mana’, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, terj. Ainur Rafiq, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2006.

Shihab  Quraish, Lentera Al-Qur’an: Kisah dan Hikmah Kehidupan, Bandung: PT Mizan Pustaka, 2008.

Shihab, M.Quraish, Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Mizan Pustaka, 1992.

Shihab  Quraish, Membumikan al-Qur’an, Bandung: Mizan Pustaka, 1994.

Shihab, M.Quraish, “Tafsir al-Qur’an Dengan Metode Maudhu’I” dalam Bustami A.Gani, Beberapa Aspek Ilmiah Tentang Al-Qur’an, Jakarta: Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an, 1986.

Shihab, M.Quraish, Wawasan Tafsir Maudhu’I Atas Berbagai Persoalan, Bandung: Mizan Pustaka, 1997.

Suryadilaga, M.Alfatih, dkk, Metodologi Ilmu Tafsir, Sleman: Teras, 2005.

SEKIAN

SEMOGA BERMANFAAT

MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN


MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

( Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Secara Total)

Oleh: Muhammad Fathurrohman, M.Pd.I

(Guru Sang Dewo (SMPN 2 Pagerwojo) & Akademisi UIN Maliki Malang)

A.    Latar Belakang

Globalisasi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan modern semakin nyata pengaruhnya dalam mewujudkan pasar dan persaingan bebas terbuka. Dalam keadaan seperti ini, semua lembaga kususnya pendidikan dituntut untuk mampu menciptakan efisiensi, mengutamakan mutu, kepuasan konsumen dan memanfaatkan peluang dengan cepat agar dapat bersaing dan bertahan.

Adanya persaingan merupakan unsur yang tidak bisa ditawar lagi. Suatu organisasi atau lembaga dapat meningkatkan dan mempertahankan kualitas dengan cara membangun suatu sistem peningkatan kualitas dan menentukan standar (TQM) Total Quality management atau disebut dengan menejemen peningkatan mutu, dan salah satu lembaga standarisasi dalam dunia industri diantaranya adalah ISO (International Organization for Standardization).

Dalam bidang pendidikan menejemen peningkatan mutu dapat didefinisikan sebagai sekumpulan prinsip dan tehnik yang menekankan pada peningkatan mutu dengan bertumpu pada lembaga pendidikan untuk secara terus menerus dan berkesinamungan meningkatkan kapasitas dan kemampuan lembaganya untuk memenuhi tuntuan kebutuhan peserta didik dan masyarakat dan mampu bersaing ditengah-tengah kemajuan globalisasi serta mampu bertahan dengan memproduk peserta didik berkualitas dan terpenuhinya kepuasan user atau stake holder.

Melihat betapa pentingnya menejemen peningkatan mutu, untuk suatu lembaga pendidikan, kususnya lembaga pendidikan Islam di zaman globalisasi seperti ini agar tetap terlihat tajinya dan bahkan semakin tinggi dimasa-masa yang akan datang, penulis tergugah untuk mengetahui bagaimana, strategi pembaharuan dari menejemen peningkatan mutu ini, agar kita benar-benar dalam mengimplementasikannya tujuan ideal sebuah lembaga pendidikan tercapai dan memuaskan pelangggan, yang tentunya masalah ini akan penulis kupas dalam bab selanjutnya.

B.     Beberapa Komponen Menejemen Peningkatan Mutu

Manajemen peningkatan mutu mempersyaratkan integrasi dari berbagai faktor yang perlu diintegrasikan. Faktor itu adalah klien (pelanggan), kepemimpinan, tim, proses dan struktur.

Klien (pelanggan) dalam TQM adalah orang yang menerima produk atau jasa layanan. Jadi klien tidak berada secara eksternal terhadap organisasi tetapi berada pada setiap tahapan yang mempersyaratkan penyempurnaan hasil sebuah produk atau pemberian layanan. Hal ini menggambarkan adanya mata rantai dari klien yang terkait dengan proses. TQM mempersyaratkan organisasi melakukan penggalian dengan bertanya atau mendengarkan, yang tentunya kepada klien yang tepat. Dalam hal ini diperlukan umpan balik yang pasti untuk menjamin bahwa layanan yang diberikan dan dikerjakan memang tepat. Hal-hal yang terdapat di dalam TQM terhadap pelanggan atau klien adalah nilai-nilai organisasi, visi dan misi yang perlu dikomunikasikan, yang dikerjakan dengan memperhatikan etika dalam pengambilan keputusan dan perencanaan.

Dalam TQM, integritas moral merupakan hal yang fundamental, maka kepemimpinan merupakan cara mengerjakan. Kepemimpinan dalam konteks TQM adalah menetapkan dan mengendalikan visi. TQM secara tajam menggambarkan perbedaan antara pemimpin, me-manage, dan meng-administrasi-kan. Mutu kepemimpinan mencakup visi, kreativitas, sensitivitas, pemberdayaan (empowerment), dan manajemen perubahan. Pemimpin dalam TQM pada dasarnya peduli dengan nilai-nilai orang, menetapkan arah dan mengijinkan orang untuk mencapai target, yang berhubungan dengan hal-hal makro maupun mikro.

Sedangkan tim dalam TQM merupakan kualitas kelompok. Hampir semua kepustakaan menekankan pentingnya kejelasan tujuan dan hubungan interpersonal yang efektif sebagai dasar terjadinya kerja kelompok yang efektif.

Kunci penting dalam TQM adalah menetapkan komponen proses kerja. Pada dasarnya, sekali klien menetapkan persyaratan yang telah disepakati, maka hal yang penting untuk dilakukan adalah menetapkan proses dan prosedur yang menjamin kesesuaiannya dengan persyaratan.

Organisasi yang mencoba memperkenalkan TQM tanpa meninjau strukturnya mungkin akan menghadapi kegagalan. Beberapa organisasi memiliki struktur yang berfokus pada klien cenderung mendasarkan diri pada hierarki formal sekaligus membatasi kerja praktis yang birokratis.

C.    Strategi dan Teknik Manajemen Peningkatan Mutu atauTQM

Ada empat teknik TQM yang dapat dikembangkan dalam menetapkan manajemen peningkatan mutu yaitu: school review, benchmarking, quality assurance, dan quality control.

School review adalah proses yang mengharuskan keterkaitan seluruh komponen lembaga pendidikan bekerja sama dengan berbagai pihak yang memiliki keterkaitan, misalnya orang tua, atau tenaga professional, untuk mengevaluasi keefktifan kebijakan lembaga pendidikan, program dan pelaksanaannya, serta mutu lulusannya. Dengan metode ini, kita dapat membeberkan kelemahan, kekuatan, prestasi lembaga pendidikan dan memberikan rekomendasi untuk penyusunan perencanaan strategis pengembangan lembaga pendidikan di masa mendatang.

Benchmarking merupakan kegiatan untuk menetapkan standar, baik proses, maupun hasil yang akan dicapai dalam suatu periode tertentu, untuk kepentingan praktis. Dengan demikian, standar tersebut direfleksikan dalam realitas yang ada.

Quality assurance artinya bahwa konsep ini mengandung jaminan bahwa proses yang berlangsung dilaksanakan sesuai dengan standard dan prosedur yang telah ditetapkan.  Dengan demikian, dapat diharapkan hasil (out put) yang memenuhi standar yang ditentukan pula.

Quality control merupakan suatu sistem yang untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan kualitas out put yang tidak sesuai dengan standar. Konsep ini berorientasi pada out put untuk memastikan apakah output sesuai dengan standar. Oleh karena itu, konsep  ini menuntut adanya indikator yang pasti dan jelas.

Menurut ISO ada beberapa prinsip untuk dapat meningkatkan sebuah mutu, prinsip disini memiliki pengertian sejumlah asumsi yang diyakini dan dinilai memiliki kekuatan untuk mewujudkan mutu yang bagus. Akan hal ini berbagai ahli mencoba merumuskan prinsip-prinsip yang paling tepat untuk dapat mewujudkan mutu dalam organisasi dalam hal ini adalah lembaga pendidikan Islam. Sedikitnya ada delapan prinsip versi ISO, untuk mampu meningkatkan mutu.

Pertama, Orientasi pada pelanggan, maksud dari orientasi pelanggan ini adalah organisasi atau lembaga pendidikan bergantung pada pelanggannya, oleh karena itu harus memahami berbagai kebutuhan pelanggan pada saat ini dan di masa yang akan datang, kenaali tuntutan pelanggan dan berusaha untuk memenuhinya atau bahkan melebihi apa yang diharapkan pelanggan.

Penerapan khusus prinsip pertama adalah:

  1. Teliti, pahami kebutuhan dan harapan pelanggan.
  2. Pastikan bahwa sasaran organisasi sejalan dengan kebutuhan dan harapan pelanggan.
  3. Komunikasi kebutuhan dan harapan pelanggan keseluruh organisasi atau lembaga.
  4. Ukur kepuasan pelanggan lalu ambil tindakan dari hasil pengukuran
  5. Kelola secara sistematis hubungan dengan pelanggan
  6. Buatlah keseimbangan pendekatan antara kepuasan pelanggan dan pihak-pihak yang berkepentingan.

Kedua, Kepemimpinan, maksudnya adalah pemimpin itu menentukan kesatuan arah dan tujuan organisasi. Pemimpin harus menciptakan dan menjaga lingkungan internal dimana orang-orang dapat terlibat secara penuh dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi atau lembaga.

Penerapan prinsip kedua adalah :

  1. Pertimbangkan kebutuhan semua pihak yang berkepentigan termasuk pelanggan.
  2. Tetapkan dan jelaskan visi lembaga ke depan agar setiap orang mengerti tujuan.
  3. Tentukan sasaran dan target yang menantang dan sosialisasikan
  4. Ciptakan dan sokong nilai-nilai kebersamaan, kejujuran dan model tugas yang etis pada semua level.
  5. Lengkapi semua orang dengan suumber daya yang diperlukan dan beri kebebasan dalam bertindak dengan penuh tanggung jawab
  6. Beri semangat kebesaran hati dan pengakuan terhadap kontribusi setiap orang.

Ketiga, Keterlibatan orang-orang atau SDM, maksudnya adalah orang-orang pada semua tingkatan merupakan esensi lembaga dan keterlibatan secara penuh memungkinkan diguakannya kemampuan mereka untuk keuntungan lembaga.

Penerapan khusus prinsip ketiga adalah :

  1. Upayakan setiap orang memahami pentingnya kontribusi dan peran mereka dalam lembaga.
  2. Upayakan setiap orang mengenali batasan kinerja serta lingkup tanggung jawab mereka dalam organisasi.
  3. Upayakan setiap mengetahui permasalahan kerja mereka dan termotivasi untuk menyelesaikannya.
  4. Ajak setiap orang aktif melihat peluang untuk meningkatkan kompetensi, pengetahuan dan pengalaman mereka.
  5. Fasilitasi agar setiap orang bebas beragi pengetahuan/pengalaman dan berinovasi
  6. Budayakan agar setiap orang secara terbuka mendiskusikan permasalahannya.

Keempat, Menggunakan pendekatan proses, maksudnya bahwa hasil yang diinginkan dicapai secara lebih efisien manakala sumbr daya-sumber daya dan aktivitas-aktivitas dan aktivitas-aktivitas yang berhubungan dikelola sebagai satu proses.

Penerapan khusus prinsip keempat adalah :

  1. Secara sistematis menentukan aktivitas-aktivitas yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang didinginkan
  2. Menganalisa dan mengukur kapabilitas aktivittas-aktivitas.
  3. Mengidentifikasi aktivitas-aktivitas kunci.
  4. Upayakan agar proses lebih singkat dan efektif.
  5. Menekankan pada faktor-faktor seperti sumber daya, metode, dan material untuk memperbaiki aktivitas,
  6. Mengevaluasi resiko, akibat atau dampak aktivitas pada pelanggan, dan pihak-pihak yang berkepentingan.

Kelima, Menggunakan pendekatan sistem pada menejemen, maksudnya adalah pengidentifikasian, pemahaman dan pengelolaan sistem dari proses-proses yang terkait untuk memberikan perbaikan-perbaikan terhadap efektivitas dan efesiensi pada lembaga secara objektif.

Penerapan khusus prinsip kelima adalah:

  1. Penyusunan sistem untuk mencapai sasaran organisasi dengan lebih efektif dan efisien
  2. Memahami keadaan saling ketergantungan diantara proses-proses pada sistem
  3. Pendekatan struktur yang harmonis dan integrasi proses-proses dengan tugas yang tidak saling tumpang tindih.
  4. Memberi pemahaman terbaik pada tuga-tugas/tanggung jawab yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan bersama serta mengurangihambatan lintas fungsional.

Keenam, Perbaikan yang berkelanjutan, maksudnya adalah perbaikan secara berkelanjutan menjadi tujuan permanen lembaga.

Penerapan kusus prinsip keenam

  1. Laksanakan secara konsisten pendekatan organsasi untuk kontinuitas perbaikan performansi
  2. Sediakan dan kirim SDM untuk pelatihan terhadap metode dan alat perbaikan berkesinambungan
  3. Laksanakan perbaikan yang kontinu pada produk, proses dan sasaran sistem.
  4. Tetapkan tujuan sasaran sebagai pedoman,  ukur pencapaian untuk perbaikan yang berkesinambungan.
  5. Beri penghargaan dan pengakuan terhadap perbaikan.

Ketujuh, Pendekatan faktual dalm pembuatan keputusan, maksudnya adalah bahwa keputusan yang efektif didasarkan pada analisis data dan informasi.

Penerapan kusus prinsip ketujuh adalah :

  1. Pastikan bahwa data dan informasi cukup akurat dan dapat dipercaya
  2. Sediakan data yang dapat diakses oleh yang membutuhkan
  3. Analisa data dan informasi dengan metode ang valid
  4. Buat keputusan dan ambil tindakan berdasrkan analisis faktual dan seimbang

Kedelapan, Memiliki hubungan yang saling menguntungkan, maksunya mempunyai kerja sama yang saling menguntungkan akan meningkatkan kemampuan kedua belah pihak untuk menciptakan nilai keberhasilan.

Penerapan kusus prinsip kedelapan adalah:

  1. Tetapakan hubungan yang seimbang antara keuntungan jangka pendek dengan mempertimbngkan jangka panjang.
  2. Sinergikan keahlian dan sumber daya secara berpasangan dengan pemasok
  3. Identifikasi dan pilih pemasok-pemasok kunci
  4. Susun pengembangan bersama, untuk fleksibilitas dan kecepatan merspon perubahan  kebutuahan pasar
  5. Berikan semangat, dorongan dan penghargaan atas peningkatan dan prestasi pemasok.

Dari delapan prinsip di atas, apabila dapat diintegrasikan dengan baik menurut penulis dapat dijadikan sebagai strategi yang manjur untuk meningkatkan mutu sebuah lembaga pendidikan dan mampu bersaing di tengah-tengah lembaga pendidikan lain.

Selain menggunakan prinsip-prinsip di atas untuk dijadikan strategi peningkatan mutu, menurut Purwati terdapat empat pendekatan dalam meningkatkan mutu pendidikan yaitu: 1) suatu lembaga pendidikan harus memformulasisikan visi apa yang dimaksud kualitas dan bagaimana dapat dicapai. 2) menejemen ikut terlibat secara aktif. 3) lembaga pendidikan harus cermat dan berhati-hati dalam merencanakan dan mengorganisasikan upaya perbaikan mutu dengan langkah awal yang betul-betul efektif dan 4) pengendalian dilakukan seluruh proses.

Dalam memformulasikan strateginya, Menejemen peningkatan mutu menggunakan model pendekatan menejemen strategis yaitu suatu pendekatan yang sistematis bagi suatu tanggung jawab menejemen, mengkondisikan organisasi ke posisi yang dipastikan mencapai tujuan dengan cara yang akan meyakinkan keberhasilan yang berkelanjutan dan membuat lembaga pendidikan menjamin tercapainya mutu dan melalui pendekatan ini harus dipastikan tujuan tercapai.

Terdapat lima langkah formulasi strategi yaitu, perumusan visi dan misi yaitu pencitraan bagaiman sekolah seharusnya nereksistensi, asesmen lingkungan eksternal yaitu mengakomodasi kebutuhan lingkungan akan mutu pendidikan yang dapat disediakanoleh lembaga pendidikan, asesmen organisasi yaitu merumuskan dan memberdayakan sumber daya sekolah secara optimal, perumusan tujuan kusus yaitu penjabaran dari pencapaian visi dan misi yang ditampakkkan dalam tujuan sekolah dan tujuan tiap- tiap mata pelajaran, penetuan strategi yaitu memilih strategi yang paling tepat untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dengan menyediakan anggaran, sarana dan prasarana, maupun fasilitas yang dibutuhkan.

Menurut Juran, sebagaimana dikutip oleh Deni Koswara dan Triatna, untuk memperbaiki menejemen dalam rangka mencapai peningkatan mutu, dengan mengembangkan suatu pendekatan yang disebut strategic quality management (SQM). SQM merupakan tiga bagian proses berdasarkan perbedaan tingkat staf. Perbedaan tingkat staf ini dinilai memberikan kontribusi yan unik bagi peningkatan yang unik bagi peningkatan mutu. Menejer puncak memiliki pandangan strategis organisasi. Menejer madya memegang peranan oprasional mutu, Manajer pengawas mutu bertanggung jawab atas pengawasan mutu.

Penerapan TQM yang efektif juga harus memperhatikan beberapa aspek yang mempengaruhi mutu, yaitu: culture, commitment, dan communication. Sedangkan menurut Mulyasa, terdapat tiga dimensi utama yang harus dperhatikan yang akan menetukan keberhasilan, ketiga dimensi itu adalah, koordinasi, komuniasi, dan supervisi. Budaya yang dimaksud di sini meliputi asumsi-asumsi, nilai-nilai dan aturan yang mengikat kebersamaan dalam organisasi. Keberhasilan TQM dari suatu organisasi ditentukan oleh bagaimana organisasi menciptakan budaya seperti: (a) inovasi dipandang sebagai nilai yang tertinggi; (b) status dinomorduakan, yang yang dipentingkan adalah performansi  dan kontribusi; (c) kepemimpinan adalah suatu kunci dari kegiatan/tindakan, bukan posisi; (d) ganjaran dibagi rata melalui kerja tim; (e) pemberdayaan untuk mencapai tujuan yang menantang didukung oleh pengembangan yang berkelanjutan dan keberhasilan seharusnya merupakan iklim untuk memotivasi diri sendiri.

Keberhasilan TQM suatu organisasi seharusnya melahirkan rasa kebanggaan dan kesempatan untuk berkembang bagi orang-orang di dalamnya (staf dan klien), sehingga mereka merasa memiliki dalam mewujudkan tujuan organisasi bersama di antara semua staf administrasi dan dosen. Komitmen berarti juga keterlibatan menanggung resiko dalam mencapai tujuan, menuntut kerja yang sistematik dengan meneruskan informasi mengenai adanya kesempatan melakukan inovasi dan pengembangan.

Komunikasi di antara anggota tim memiliki kekuatan, walaupun sederhana, tetapi efektif. Komunikasi harus didasarkan pada kenyataan dan pengertian yang murni, bukannya asumsi, apalagi humor.

Penerapan TQM di lembaga pendidikan mengarahkan peningkatan organisasi berkelanjutan, upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia untuk meningkatkan semua aspek organisasi, dan mengarah kepada terpenuhinya kebutuhan klien saat ini dan saat mendatang.

D.    Faktor-faktor Yang Mempengaruhi dalam Peningkatan Mutu

TQM merupakan suatu konsep yang berupaya melaksanakan sistem manajemen kualitas dunia, sehingga diperlukan perubahan besar dalam budaya dan sistem suatu organisasi seperti lembaga pendidikan. Ada 10 faktor yang harus diperhatikan oleh penyelenggara pendidikan di lembaga agar dapat memenuhi standar total quality management yaitu:

  • Kepuasan Klien

Dalam istilah bisnis, klien adalah orang yang membeli dan menggunakan produk perusahaan. Sedangkan di sini adalah siswa,orang tua dan masyarakat atau stake holder. Tujuan bisnis pada hakekatnya adalah untuk menciptakan dan mempertahankan pelanggan. Dalam penerapan TQM di lembaga pendidikan, kualitas ditentukan oleh pelanggan yaitu siswa, dna kita juga harus berupaya menciptakan kepuasan siswa. Peran dan tanggungjawab divisi dan manajer harus dilihat dari sudut pandang untuk mencapai kepuasan siswa. Kepuasan siswa dapat memberikan beberapa manfaat : (1) hubungan antara kampus dan para mahasiswa menjadi harmonis; (2) memberikan dasar yang terbaik untuk meningkatkan jumlah siswa untuk masuk ke perguruan tinggi; (3) dapat mendorong terciptanya loyalitas siswa; (4) reputasi lembaga menjadi baik di mata siswa; dan (5) keuntungan dana yang diperoleh lembaga pendidikan menjadi meningkat.

  • Obsesi terhadap Kualitas

Dalam era globalisasi lembaga pendidikan menghadapi persaingan ketat dengan lembaga pendidikan dari seluruh Indonesia. Meningkatnya intensitas dan persaingan menyebabkan setiap lembaga pendidikan harus berusaha meningkatkan kualitas agar kepuasan pelanggan terwujud. Kerangka dalam kualitas harus didasarkan pada dua alasan pokok, yaitu: (1) orientasi pemasaran, lembaga pendidikan harus dapat memenuhi semaksimal mungkin kebutuhan dan persyaratan yang ditetapkan stakeholder; dan (2) orientasi internal lembaga pendidikan, lembaga pendidikan harus dapat menghindari kerugian, pemborosan, dan jatuh. Diupayakan adanya maksimalisasi usaha setiap staf, karyawan, dan guru, penghematan energi sumberdaya manusia dan pengidentifikasian peluang pemecahan masalah.

  • Pendekatan Ilmiah

Melalui manajemen kepemimpinan yang baik keputusan yang kadang kala bersifat subjektif bisa diminimumkan. Salah satu kuncinya sukses dalam TQM adalah menggunakan pendekatan ilmiah, dalam pendekatan ilmiah, pengambilan keputusan didasarkan pada data, mencari sumber penyebab dan mengupayakan solusi dalam waktu yang singkat.

  • Komitmen Jangka Panjang

TQM merupakan suatu paradigma baru dalam melaksanakan bisnis. Oleh karena itu dibutuhkan budaya yang baru pula. Agar penerapan TQM dapat berjalan dengan lancar, maka perubahan budayanya pun harus diupayakan dengan komitmen jangka panjang di lembaga pendidikan Manajemen puncak memegang peranan yang sangat penting dalam mewujudkan perubahan budaya yang menghargai peningkatan kualitas secara terus menerus dalam jangka panjang.

  • Kerjasama Tim

Tim merupakan sekelompok orang yang memiliki tujuan bersama. Disebut tim jika memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) semua anggotanya harus memahami dan menyepakati misinya agar tim dapat bekerja dengan efektif; (2) semua anggota menaati peraturan yang berlaku; (3) ada pembagian tanggungjawab dan wewenang yang adil bagi setiap anggota tim; dan (4) setiap anggota beradaptasi terhadap perubahan yang positif di mana setiap anggota saling membantu dalam beradaptasi.

  • Perbaikan secra Berkesinambungan

Perbaikan secara kesinambungan merupakan unsur paling fundamental dalam TQM. Perbaikan berkesinambungan akan berhasil dengan baik bila disertai dengan usaha sumber daya manusia yang tepat, kepercayaan diri, praktis karena faktor manusia merupakan dimensi terpenting dalam perbaikan kualitas dan produktivitas, di Jepang dikenal konsep Kaizen.

  • Pendidikan dan Pelatihan    

Pelatihan berhubungan secara spesifik dengan pekerjaan staf administrasi dan dosen yang telah dilakukan dan apa yang sudah dilatihkan dapat diaplikasikan dengan segera. Dengan demikian, materi pelatihan harus bersifat praktis. Pelatihan merupakan bagian dari pendidikan. Walaupun pendidikan lebih bersifat filosofis dan teoritis, meskipun demikian pendidikan dan pelatihan memiliki tujuan yang sama yakni pembelajaran.

E.     Penutup

Manajemen peningkatan mutu mempersyaratkan integrasi dari berbagai faktor yang perlu diintegrasikan. Faktor itu adalah klien (pelanggan), kepemimpinan, tim, proses dan struktur.

Ada empat teknik TQM yang dapat dikembangkan dalam menetapkan manajemen peningkatan mutu yaitu: school review, benchmarking, quality assurance, dan quality control. Selain itu ada delapan prinsip-prinsip versi ISO untuk meningkatkan mutu pendidikan yaitu, orientasi pada pelanggan, kepemimpinan, keterlibatan orang-orang, pendekatan proses, menggunakan pendekatan sistem, perbaiakan secara berkelanjutan, pendekatan daktual dalam pembuatan keputusan, hubungan yang saling menguntungkan.

Menurut Purwati, terdapat empat pendekatan dalam meningkatkan mutu pendidikan yaitu : 1, suatu lembaga pendidikan harus memformulasisikan visi apa yang dimaksud kualitas dan bagaimana dapat dicapai. 2. menejemen ikut terlibat secara aktif. 3. lembaga pendidikan harus cermat dan berhati-hati dalam merencanakan dan mengorganisasikan upaya perbaikan mutu dengan langkah awal yang betul-betul efektif dan 4. pengendalian dilakukan seluruh proses.

Ada 10 faktor yang harus diperhatikan oleh penyelenggara pendidikan di lembaga agar dapat memenuhi standar total quality management yaitu: kepuasan klien, obsesi terhadap kualitas, pendekatan ilmiah, komitmen jangka panjang, kerja sama tim, perbaikan secara berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan.

REFERENSI

 

E. Mulyasa “Menejemen Berbasis Konsep”  Bandung: Remaja Rosda Karya,2003

Edward Sallis “ Total  Quality Management ini Education” terj. Menejemen Mutu Pendidikan, Jogjakarta: IRCiSoD, 2007

Masduki “Penerapan Total Quality Manajemen di perguruan Tinggi” dalam Ta’allum Jurnal Pendidikan Islam, volume 17, No.

Soemardi Tresna “ Total Quality Management sebagai Kunci Keunggulan Bersaing”, Malang: Usahawan , 1995

Syaiful Sagala “ Menejemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan” Bandung: Alfabeta, 2009

Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI “Manajemen Pendidikan” Bandung: Alfabeta, 2009

Titik Purwati, “TQM : Strategi Meningkatkan Mutu daya Saing di Era Globalisasi” Malang: UNM Prees, 1996

SEKIAN

SEMOGA BERMANFAAT