Monthly Archives: June, 2013

Memahami Konsep Diri


MEMAHAMI KONSEP DIRI

By: Muhammad Fathurrohman, M.Pd.I

(Guru Sang Dewo (SMPN 2 Pagerwojo) & Akademisi UIN Maliki Malang)

 

Pengertian Konsep Diri

Konsep diri didefinisikan semua ide, pikiran, keyakinan, kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang diri dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Konsep diri seseorang tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil dari pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat dan dengan realitas dunia.

Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang terlihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan. Konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan dan sosial yang mal adaptif.

Pembagian konsep diri :

1)   Gambaran diri (Body image)

Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar, sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi, penampilan, potensi tubuh saat ini dan masa lalu secara berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman yang baru. Sejak lahir individu mengeksplirasi bagian tubuhnya, menerima stimulus dari orang lain. Kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar dirinya terpisah dari lingkungan (Keliat, 1992).

Gambaran diri berhubungan dengan kepribadian. Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologisnya. Pandangan yang realistik terhadap dirinya menerima dan mengukur bagian tubuhnya akan memberi rasa aman, sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri (Keliat, 1992).

Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses dalam kehidupan.

2)   Ideal diri

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku berdasarkan standart, aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu (Stuart & Sundeen, 1998).

Standart dapat berhubungan dengan tipe orang yang akan diinginkan atau sejumlah aspirasi, cita-cita, nilai-nilai yang ingin dicapai. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan-harapan pribadi berdasarkan norma sosial (keluarga, budaya) dan kepada siapa ia ingin melakukan. Ideal diri mulai berkembang pada masa kanak-kanak yang dipengaruhi orang yang penting pada dirinya yang memberikan keuntungan dan harapan. Pada masa remaja ideal diri akan dibentuk melalui proses identifikasi pada orang tua guru dan teman.

Menurut Budi Ana Keliat ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri :

a)    Kecenderungan individu menetapkan ideal pada batas kemampuannya

b)   Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri

c)    Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang realistis, keinginan untuk mengklaim diri dari kegagalan, perasaan cemas dan rendah diri.

Individu mampu berfungsi dan mendemonstrasikan kecocokan antara persepsi diri dan ideal diri, sehingga ia akan tampak menyerupai apa yang ia inginkan. Ideal diri hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi, tetapi masih lebih tinggi dari kemampuan agar tetap menjadi pendorong dan masih dapat dicapai (Keliat, 1992).

3)   Harga diri

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa sebarapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart & Sundeen, 1998,).

Frekwensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi. Jika individu selalu sukses, maka cenderung harga diri tinggi. Jika individu sering gagal, maka cenderung harga diri rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah dicintai dan menerima penghargaan dari orang lain (Keliat, 1992).

4)   Peran

Peran adalah pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat (Keliat, 1992).

Peran yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak punya pilihan. Peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu. Posisi dibutuhkan oleh individu sebagai aktualisasi diri. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri. Posisi dimasyarakat dapat merupakan stressor terhadap peran karena struktrur sosial yang menimbulkan kesukaran, tuntutan , posisi yang tidak mungkin dilaksanakan (Keliat, 1992).

Stres peran terdiri dari konflik peran yang tidak jelas, peran yang tidak sesuai, dan peran yang terlalu banyak. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri dengan peran yang harus dilakukan sebagai berikut:

a)    Kejelasan perilaku dan penghargaan yang sesuai dengan peran.

b)   Konsisten respons orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan

c)    Kesesuaian dan keseimbangan antara peran yang diemban

d)   Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran

e)    Pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidak sesuaian perilaku peran.

5)   Identitas

Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi, dan penilaian yang merupakan sintesa  dari semua aspek konsep diri sebagaii satu kesatuan yang utuh (Stuart & Sundeen, 1992, dikutip Keliat A; 1999).

Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat, akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain. Kemandirian timbul dari perasan berharga (aspek diri sendiri), kemampuan dan penyesuaian diri. Seseorang yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya. Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan perkembangan konsep diri. Hal yang penting dalam identitas adalah jenis kelamin (Keliat, 1992). Identitas jenis kelamin berkembang sejak bayi secara bertahap dimulai dengan konsep laki-laki dan wanita yang banyak dipengaruhi oleh pandangan dan perlakuan masyarakat terhadap masing-masing jenis.

SEKIAN

SEMOGA BERMANFAAT

MEMAHAMI STRATEGI PEMBELAJARAN


MEMAHAMI STRATEGI PEMBELAJARAN

By: Muhammad Fathurrohman, M.Pd.I

(Guru Sang Dewo (SMPN 2 Pagerwojo) & Akademisi UIN Maliki Malang)

 

  1. Pengertian Pembelajaran

Dalam dunia pendidikan kita mengenal dua istilah kata kerja yang sangat mendasar yaitu “Belajar dan mengajar”. Definisi tentang belejar sebenarnya telah banyak dikemukakan oleh para ahli termasuk juga para ahli psikologi pendidikan. Akan tetapi pemaknaan belajar itu sendiri setiap orang tidaklah sama, karena masing-masing orang memaknai belajar dari perspektif yang berbeda. Berikut ini ada beberapa kutipan penting definisi belajar dari beberapa ahli diantaranya:

  1. Belajar adalah perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.
  2. Menurut CRON BACH seperti yang dikutip oleh Sumadi bahwasannya dikutip “Learning is shown by change in behavior as a result of experience” dimana belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan menggunakan panca indra.
  3. Menurut Drs. Trusnan Hakim belajar adalah proses perubahan dalam pribadi siswa.
  4. Menurut Muhibbin Syah dalam bukunya psikologi pendidikan bahwa belajar dapat diartikan tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, psikomotorik yang terjadi pada diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti orientasi kearah yang lebih maju dari pada keadaan sebelumnya.
  5. W.S Winke merumuskan bahwasannya belajar adalah suatu aktifitas mental dan psikis yang menghasilkan perubahan0perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat konstan dan berbekas.

Dari gambaran beberapa definisi belajar diatas penullis dapat menyimpulkan bahwa belajar merupkan proses tingkah laku di dalam kepribadian manusia sebagai aspek jasmani maupun rokhani yang disertai oleh usaha dari individu yang bersangkutan yang sifatnya konstan dan berbasis.

Selain itu belajar juga merupakan usaha sadar yang dilakukan individu atau manusia untuk memperoleh tingkah laku yang baru secara keseluruhan dalam imeraksinya dengan lingkkungan. Perubahan tingkah laku hasil belajar bersifat positif misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa dan lain-lain.

Walaupun mengajar dan belajar itu dua hal yang berbeda, keduanya saling berkaitan. Mengajar yang efektif bila kemampuan berfikir anak diperhtikan dan karena itu perhatikan ditunjukkan kepada kesiapan struktur kognitif siswa. Adapun kognitif mengacu pada organisasi pengetahuan atau pengalaman yang dikuasai oleh seorang siswa yang mungkin siswa itu mendapat ide-ide atau konsep-konsep baru.

Ada banyak definisi atau pengertian mengajar, diantaranya adalah sebagai berikut :

  1. Mengajar berarti menyampaikan atau menularkan pengetahuan dan pandangan. Dalam hal ini murid maupun pengajar harus mengerti bahan yang akan dibicarakan.
  2. Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah.
  3. Mengajar adalah usaha mengorganisasikan lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa.
  4. Bagi Bruner mengajar adalah menyajikan konsep masalah secara bertahap dalam bentuk mudah dipahami dengan teknik.
  5. Enaktif, berupa gerak konkrit dalam kegiatan psikomotor
    1. Ironik, berupa penggunaan gambar dalam penyajian konsep, objek atau prinsip.
    2. Simbolik, berupa penggunaan bahasan.

Mengkaji dari beberapa definisi diatas tentang mengajar, dapat ditarik kesimpulan bahwa mengajar adalah suatu proses interaksi antara guru dan siswa, di mana guru mengharapkan siswanya dapat menguasai pengetahuan dan pandangan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diberi dan disesuaikan dengan struktur kognitif dan pengalaman belajar yang dimiliki siswa.

2.       Strategi Pembelajaran

Ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan. Rowntree (1974) mengelompokkan ke dalam strategi penyampaian penemuan atau exposition-discovery learning, dan strategi pembelajaran kelompok dan strategi individual atau groups-individual learning.

Dalam strategi exposition, bahan pembelajaran disajikan kepada siswa dalam bentuk jadi dan siswa dituntut untuk menguasai bahan tersebut. Roy Killen menyebutkan dengan strategi pembelajaran langsung (direc instruction). Dikatatakan strategi pembelajaran langsung karena strategi pembelajaran disajikan begitu saja kepada siswa, siswa tidak dituntut untuk mengolahnya. Kewajiban siswa adalah menguasai secara penuh. Dengan demikian, dalam starategi exspositori guru berfungsi sebagai penyampai informasi. Berbeda dengan strategi discovery. Dalam strategi ini bahan pelajaran dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa melalui berbagai aktivitas, sehingga tugas guru lebih banyak sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswanya. Karena sifatnya demikian strategi ini dinamakan strategi pembelajaran tidak langsung.

Strategi individual dilakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan, kelembapan dan keberhasilan pembelajaran siswa sangat ditentukan oleh kemampuan individu siswa yang bersangkutan. Bahan pelajaran serta bagaimana mempelajarinya didesain untuk brlajar sendiri. Contoh dari strategi pembelajaran ini adalah pembelajaran melalui modul, atau belajar melalui kaset audio.

Berbeda dengan strategi pembelajaran individual, belajar kelompok dilakukan secara ber regu. Oleh karena itu belajar dalam kelompok dapat terjadi siswa yang memiliki kemampuan tinggi akan menghambat oleh siswa yang mempunyai kemampuan biasa-biasa saja, sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan kurang akan merasa tergusur oleh siswa yang mempunyai kemampuan tinggi.

Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran juga dapat dibedakan antara strategi pembelajaran deduiktif dan induktif. Strategi pembelajaran deduktif adalah strategi pembelajaran yang dilakukan dengan mempelajari konsep-konsep terlebih dahulu untuk kemudian dicari kesimpulan dan ilustrasi-ilustrasi atau bahan pelajaran yang dipelajari dimulai dari hal-hal yang abstrak, kemudian secara perlahan-lahan menuju hal yang konkret. Strategi ini disebut juga strategi pembelajaran dari umum ke khusus. Sebaliknya dengan strategi induktif, pada strategi ini bahan yang dipelajari dimulai dari hal-hal yang konkret atau contoh-contoh yang kemudian secara perlahan-lahan siswa dihadapkan pada materi kompleks dan sukar. Strategi ini kerap dinamakan strategi pembelajaran dari umum ke khusus.

SEKIAN

SEMOGA BERMANFAAT