Monthly Archives: October, 2012

KONSEP DASAR MOTIVASI KINERJA GURU


KONSEP DASAR MOTIVASI KINERJA GURU

By: Muhammad Fathurrohman, M.Pd.I

(Guru Sang Dewo (SMPN 2 Pagerwojo) & Akademisi UIN Maliki Malang)

 

A.     Latar Belakang

Upaya memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan seakan tidak pernah berhenti. Banyak agenda reformasi yang telah, sedang dan akan dilaksanakan. Beragam inovatif  ikut serta memeriahkan reformasi pendidikan. Reformasi pendidikan adalah restrukturisasi pendidikan, yaitu memperbaiki pola hubungan sekolah dengan lingkungannya dan dengan pemerintah, pola pengembangan perencanaan serta pola pengembangan manajerialnya, pemberdayaan guru dan restrukturisasi model-model pembelajaran.

Dalam kurikulum 2004, guru diberikan kebebasan untuk mengubah, memodifikasi bahkan membuat sendiri silabus yang sesuai dengan kondisi sekolah dan daerah. Hal demikian tampaknya terlalu ideal dan terlalu teoritik, karena dalam kenyataannya pemerintah telah menyiapkan secara lengkap silabus untuk seluruh mata pelajaran pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan.

Guru tetap diberi keluasan untuk mengubah atau merekonstruksi hal-hal yang telah ditetapkan atau dibuat pemerintah sesuai dengan kondisi yang ada, meskipun telah disiapkan perangkatnya oleh pemerintah. Untuk melaksanakan tugas yang demikian, guru harus mempunyai kompetensi tertentu. Namun dalam suatu sekolah atau madrasah masih ada juga yang kurang profesional, yang disebabkan karena usia ataupun pendidikannya. Dan juga ada kalanya guru tersebut malas karena berbagai kesibukan ataupun faktor lainnya. Maka dari itu, untuk meninjau kinerja guru diperlukan supervisi pendidikan.

Supervisi mempunyai fungsi yang beragam. Piet A.Sahertian menulis dalam bukunya bahwa fungsi utama supervisi pendidikan ditujukan pada perbaikan dan peningkatan kualitas pengajaran. Sementara itu Mufida mengemukakan dalam bukunya bahwa tujuan umum supervisi adalah memberikan bantua teknis dan bimbingan kepada guru dan staf sekolah yang lain agar personil tersebut mampu meningkatkan kualitas kinerjanya terutama dalam melaksanakan tugas, yaitu melaksanakan proses pembelajaran. Maka dengan adanya supervisi pendidikan yang tujuannya untuk memperbaiki kinerja guru dalam proses pembelajaran sehingga prestasi peserta didik mampu ditingkatkan.

Guru mungkin akan lebih mampu untuk meningkatkan kinerja dan keprofesionalisasiannnya, apabila diberi motivasi oleh kepala sekolah atau kepala madrasah. Orang yang profesional ialah orang yang memiliki profesi. Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian tertentu. Sedangkan Rochman Natawidjaya, sebagaimana dikutip Syafrudin Nurdin, mengemukakan beberapa kriteria tentang ciri-ciri suatu profesi,

  1. Ada standar untuk kerja yang baku dan jelas
  2. Ada lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan pelakunya dengan program dan jenjang pendidikan serta memiliki standar akademik yang memadai dan bertanggung jawab terhadap pengembangan ilmu pengetahuan yang melandasi profesi itu.
  3. Ada organisasi yang mewadahi para pelakunya untuk mempertahankan dan memperjuangkan eksistensi dan kesejahteraannya.
  4. Ada sistem imbalan terhadap jasa pelayanannya.
  5. Ada pengakuan masyarakat terhadap pekerjaan itu sebagai suatu profesi.

Jika guru sudah mampu meningkatkan keprofesionalisasiannya, maka secara tidak langsung kinerjanya juga akan meningkat, sejalan dengan profesinya. Jika kinerja guru sudah meningkat, maka prestasi peserta didik dan kualitas sekolah juga akan meningkat. Keterlaksanaan pembinaan professional guru (supervisi pengajaran) di Indonesia bukanlah tanpa kendala. Sejak awal pemberlakuannya, kendala-kendala yang teridentifikasi adalah: kurang memadainya kemampuan supervisor, sehingga pelaksanaannya tidak lebih dari suatu kegiatan administrasi rutin, kurang lancarnya komunikasi dan transportasi akibat kondisi geografis. Yang dikoreksi dalam pelaksanaan supervisi hanyalah administrasi saja, tidak mengacu pada proses pembelajaran. Maka dari itu guru juga hanya memperbaiki administrasi, sedangkan tujuan dari pelaksanaan supervisi sebenarnya yaitu perbaikan pembelajaran tidak dapat tercapai. Di samping itu juga kemampuan supervisor sangat mempengaruhi, supervisor yang selalu banyak bicara dan menunjukkan berbagai kesalahan guru, akan menimbulkan pemahaman bahwa supervisi adalah hantu yang ditakuti oleh para guru, karena selalu mencari-cari kesalahan guru.

Mestinya seorang supervisor harus dapat memberi motivasi kepada para guru, agar guru mampu lebih meningkatkan kinerjanya, baik dalam merencanakan pembelajaran maupun melaksanakan pembelajaran. Namun kenyataanya yang terjadi, sebagaimana diungkapkan di atas, adalah kebanyakan kepala sekolah cenderung mencari-cari kesalahan guru dalam melakukan tugasnya sehingga para guru minder untuk melaksanakan tugasnya lebih giat lagi. Pemberian motivasi dianggap hal yang tidak penting dan biasa diacuhkan oleh kepala sekolah yang biasa melaksanakan supervisi pendidikan.

B.     Pengertian Motivasi Kinerja Guru

Motivasi kinerja guru terdiri dari tiga kata yang mempunyai pengertian sendiri-sendiri. Tiga kata tersebut adalah motivasi, kinerja dan guru. Dalam pembahasan ini tiga kata yang berbeda tersebut saling berhubungan membentuk satu arti. Motivasi amat penting untuk meningkatkan kinerja guru. Tanpa adanya motivasi, maka guru kadang-kadang juga akan mengalami jenuh dan bosan dalam bekerja.

Motivasi berasal dari kata motif. Motif menurut M. Ngalim Purwanto ialah “segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu”. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata motif itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Apa saja yang diperbuat manusia yang penting maupun yang kurang penting, yang berbahaya maupun yang tidak mengandung risiko, selalu ada motivasinya.

Motivasi menurut Moh. Uzer Usman adalah “suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan tertentu”. Dalam hal kinerja guru motivasi diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri guru untuk menyelesaikan serangkaian pekerjaan yang telah disepakati untuk diselesaikan. Tugas kepala sekolah adalah membangkitkan motivasi guru sehingga ia mau menyelesaikan serangkaian pekerjaan yang telah dibebankan kepadanya.

Banyak para ahli yang memberikan batasan tentang pengertian motivasi, antara lain sebagai berikut:

  1. Menurut Mc. Donald yang dikutip oleh Oemar Hamalik mengemukakan bahwa “Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan”.
  2. Menurut Thomas M. Risk yang dikutip oleh Zakiah Daradjat mengemukakan motivasi dalam kegiatan pembelajaran bahwa “Motivasi adalah usaha yang disadari oleh pihak guru untuk menimbulkan motif-motif pada diri murid yang menunjang kegiatan ke arah tujuan-tujuan belajar”.
  3. Menurut Chaplin yang dikutip oleh Rifa Hidayah mengemukakan bahwa “Motivasi adalah variabel penyelang yang digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu di dalam membangkitkan, mengelola, mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku menuju suatu sasaran”.
  4. Tabrani Rusyan berpendapat, bahwa “Motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan”.

Dari definisi-definisi di atas dapat dikatakan bahwa motivasi berkaitan erat dengan segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Motivasi merupakan dorongan yang datang dari dalam dirinya untuk mendapatkan kepuasan yang diinginkan, serta mengembangkan kemampuan dan keahlian guna menunjang profesinya yang dapat meningkatkan karir dan kinerjanya.

Kinerja berasal kata kerja yang artinya apa yang dilakukan, kegiatan. Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi lembaga. Sedangkan guru adalah “orang yang pekerjaannya sebagai pengajar.” Dalam paradigma jawa, pendidik diidentikkan dengan guru (gu dan ru) yang berarti ”digugu dan ditiru”. Namun dalam paradigma baru, pendidik tidak hanya bertugas sebagai pengajar, tetapi juga sebagai motivator atau fasilitator dalam proses belajar mengajar yaitu relasi dan aktualisasi sifat-sifat ilahi manusia dengan cara aktualisasi potensi-potensi manusia untuk mengimbangi kelemahan-kelemahan yang dimiliki. Secara sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Sedangkan menurut Zakiyah Darajat guru merupakan pendidik profesional karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawabnya pendidikan yang terpikul dipundak para orang tua. Sedangkan menurut Akhyak guru adalah orang dewasa yang menjadi tenaga kependidikan untuk membimbing dan mendidik peserta didik menuju kedewasaan, agar memiliki kemandirian dan kemampuan dalam menghadapi kehidupan dunia dan akhirat.

Menurut penulis guru adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan berupaya mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik baik potensi kognitif, afektif maupun psikomotorik dan bertanggung jawab dalam perkembangan jasmani dan rohani agar mencapai tingkat kedewasaan sehingga mampu mencapai tujuan pendidikan. Jadi yang dimaksud kinerja guru adalah hasil pekerjaan yang dilakukan oleh guru sehari-hari sebagai profesinya, yang meliputi kinerja pra pembelajaran dan ketika pembelajaran.

Jadi yang dimaksud motivasi kinerja guru adalah adalah keseluruhan daya penggerak yang ada dalam diri individu (guru) yang menimbulkan kegiatan, yaitu bekerja dalam rangka mencapai tujuan pekerjaannya. Motivasi ini harus dimiliki oleh semua guru agar semua guru semangat dalam menjalankan pekerjaannya dan tidak malas. Karena apabila guru malas untuk menjalankan pekerjaannya, maka keberhasilan pendidikan juga pasti tidak dapat diharapkan lagi. Karena guru memikul tanggung jawab yang besar, yakni keberhasilan pendidikan terletak di bahunya.

SEKIAN

SEMOGA BERMANFAAT

ISLAM DI SISILIA


ISLAM DI SISILIA

(Sejarah Perkembangan Peradaban Islam di Sisilia)

By: Muhammad Fathurrohman, M.Pd.I

(Guru Sang Dewo (SMPN 2 Pagerwojo) & Akademisi UIN Maliki Malang)

 

A.     Latar Belakang

Sisilia adalah sebuah pulau di laut Tengah, letaknya berada di sebelah selatan semenanjung Italia, dipisahkan oleh selat Messinia. Pulau ini bentunya menyerupai segitiga dengan luas 25.708 km persegi. Sebelah utara terdapat teluk Palermo dan sebelah timur terdapat teluk Catania. Pulau ini di sebelah barat dan selatannya adalah laut Mediterania, sebelah utara berbatasan dengan laut Turrhenian, dan sebelah timurnya berbatasan dengan laut Ionian. Pulau ini bergunung-gunung dan sangat indah, iklim yang baik, tanahnya subur dan penuh dengan kekayaan alam.

Pada awalnya, pulau ini dihuni oleh orang-orang yang menyeberang dari selatan Italia dan mereka disebut sebagai orang Siculi atau Sicani. Dari sinilah berkembang nama Sisilia. Pulau ini pernah dikuasai oleh umat Islam kurang lebih selama kurang lebih 2 abad lebih 3 per 4. Yang menarik dari Islam di Sisilia adalah penaklukan Sisilia tidak berjalan dengan mudah, seperti negara-negara lainnya. Penguasanya mengadakan perlawanan dengan gigih dan pantang menyerah. Namun akhirnya juga dapat dikuasai Islam, walaupun tidak begitu lama.

Peradaban Islam di Sisilia ini merupakan peradaban Islam yang cukup berkembang pesat. Memang pada mulanya, perkembangannya tidak begitu nampak, namun pada masa dinasti Kalbiyah, perkembangannya cukup signifikan dan perkembangan itu terjadi dalam berbagai bidang, baik ilmu pengetahuan maupun sosial ekonomi. Namun pada akhirnya kekuasaan Islam di Sisilia ini kembali direbut oleh orang-orang Normandia, yang pada mulanya masih menghormati orang Islam, namun lama-lama juga menyakiti orang Islam.

B.     Penaklukan Islam Di Sisilia

Sebelum dikuasai Islam, penguasaan pulau ini berpindah-pindah dalam beberapa abad, mulai dari Yunani, Cartage, Romawi, Vandals, dan bizantium kemudian dikuasai oleh muslimin. Usaha untuk menjadi wilayah Islam telah dimulai sejak Khalifah Utsman bin Affan dengan mengirim gubernur Muawiyah bin Abi Sufyan pada tahun 652 M.

Pada waktu Muawiyah menjadi khalifah, ia juga menyerang pulau itu pada tahun 667 M. Pada zaman Abd Malik dan Al-Walid juga dilakukan serangan. Begitu juga gubernur Afrika Utara, Musa Ibn Nushair, setelah berhasil menguasai Andalusia juga menyerang Sisilia dibawah pimpinan anaknya Abdullah. Serangan demi serangan dilancarkan silih berganti, namun tidak membuahkan hasil yang memuaskan, hanya berupa rampasan didapatkan.

Pasca dinasti Umayah runtuh, dan digantikan Abbasiyah. Di wilayah Tunisia dan sekitarnya, Abbasiyah menunjuk Ibrahim bin Al-Aglab sebagai amir umara. Pada tahun 827 M, Sisilia mengalami konflik internal. Euphemius, seorang komandan angkatan laut dan bangsawan Sisilia bersitegang dengan Kaisar Bizantium. Ia pergi ke Tunisia untuk mengundang kaum muslimin merebut pulau tersebut dari tangan Bizantium. Upaya penaklukan segera dijalankan. Aglabiyah segera mengutus Asad ibn al-Furath untuk memimpin 10000 pasukan dan 700 ekor kuda untuk menaklukkan pulau ini.

Pasukan Afrika berlabuh di Masara, kemudian bergerak ke Siracuse. Namun suatu wabah yang menyebar di perkemahan mereka memporak-porandakan dan sampai membunuh Asad. Pasukan itu kemudian mendapat kekuatan baru dari Spanyol dan pada tahun 830 M, Asbagh bin Wakil seorang barbar Andalus menundukkan Palermo dan sejak itu Palermo menjadi ibu kota pemerintahan Islam di Sisilia. Pemerintahan yang independent mulai dijalankan dan peradaban Islam mulai dirintis di pulau ini, sementara penaklukan masih terus berjalan. Abu Fihr Muhammad bin Abdullah menjadi penguasa dan penaklukan dilanjutkan oleh Ibrahim bin Abdullah yang berhasil menguasai Pantelaria, Eulian, Tindano dan wilayah Val di Mazzara.

Fadl bin Jafar menguasai Messina, Rogusa dan Lentini. Pada tahun 878 M, benteng Siracuse yang cukup kuat, menyerah setelah sembilan bulan pengepungan. Benteng itu dihancurkan pada masa kekuasaan Aghlabiyah. Pada tahun 902 M, seluruh Sisilia dikuasai oleh kaum muslimin di bawah pimpinan Bani Aghlab. Maka berdirilah dinasti-dinasti pemerintahan Islam yang dimulai dari Aghlabiyah, Fathimiyah, dan Kalbiyah.

Penaklukan pulau Sisilia tersebut, walaupun pulaunya kecil tergolong penaklukan yang sangat sulit, karena berlangsung sekitar 75 tahun. Hal itu disebabkan karena rakyat dan penguasa Sisilia pantang menyerah dan selalu mengadakan perlawanan juga bertahan dibalik benteng-benteng yang mereka bangun sendiri. Penguasaan pulau ini berlangsung sedikit demi sedikit, sehingga semua pulau ini dapat dikuasai secara penuh.

C.     Penguasa Islam Di Sisilia

Di pulau Sisilia ini terdapat tiga penguasa Islam, yang dimulai dari dinasti Aglabiyah, kemudian dilanjutkan dinasti Fathimiyah dan diakhiri dengan dinasti Kalibiyah. Dinasti Kalbiyah ini mempunyai peradaban yang sangat maju, namun juga merupakan akhir dari peguasaan pemerintah Islam di Sisilia.

1.   Dinasti Aglabiyah

Dinasti Aglabiyah merupakan dinasti Islam yang berkedudukan di Afrika Utara, tepatnya di Tunisia. Dinasti ini merupakan bagian dari dinasti Abbasiyah yang berada di Afrika Utara. Dinasti ini dibangun atas dasar koalisi antara Invander Arab, suku Barbar yang telah menjadi muslim dan tentara budak yang berkulit hitam. Dinasti ini menaklukkan Sisilia membutuhkan waktu 75 tahun. Dinasti ini mempunyai armada laut yang kuat, maka dari itu mampu menaklukkan Sisilia.

Dinasti Bani Aglab yang berupusat di Tunisia mengangkat lima orang gubernur dengan gelar amir, wali atau shahib di Sisilia dengan ibukota Palermo. Para amir al-umara mempunyai kekuasaan penuh dalam hal perang atau damai, pembagian harta rampasan,  mencetak uang, menentukan pajak, mengangkat juru hukum, badan kota praja, pengaturan tentang tanah. Penduduk Sisilia saat itu  berbagai ras dan agama ; Islam dan Kristen, Yahudi, Bangsa Sisilia, Yunani, Lombard, Arab, Barbar, Persia, dan Negro. Bangsa Arab menjadi penguasa, mayoritas penduduk musli adalah keturunan bangsa Barbar, Sisilia dan Arab.

Ketika dikuasai dinasti Muslim itu, populasi penduduk Sisilia bertambah seiring dengan imigran Muslim dari Afrika, Asia, Spanyol, dan Barbar. Di setiap kota di Sisilia dilengkapi dengan sebuah dewan kota. Pada zaman ini, mulai diperkenalkan reformasi agraria. Hal itu dilakukan agar tanah tak cuma dikuasai orang-orang kaya saja. Pada abad ke 10 M Sisilia menjadi provinsi di Italia yang mempunyai penduduk paling padat.

Penguasa dinasti Aglabiyah ini adalah Emir Ibrahim ibn Aglab (800-900 M), Abul Abbas ibn Ibrahim (811-816M), Ziyadatullah I ibn Ibrahim (816-837 M), Abu ‘Iqal ibn Ibrahim (837-840M), Abul Abbas Muhammad (840-856M), Abu Ibrahim Ahmad (864-874M) dan Abul Mudhar Ziyadatullah II (903-909 M) dan selanjutnya dikuasai dinasti Fathimiyah.

2.   Dinasti Fathimiyah

Pada tahun 909 M, terjadi revolusi Syiah di Afrika Utara dan hal itu mengakibatkan berdirinya dinasti Fathimiyah. Karena lebih kuat dari dinasti Aglabiyah, maka kemudian dinasti Fathimiyah merebut kekuasaan dinasti Aglabiyah yang ada di Sisilia. Pada tahun yang sama, Ali bin Ahmad bin Abi al-Fawaris salah satu gubernur Fathimiyah yang berpusat di Mesir menggulingkan Ahmad Husain yang menjadi Amir terakhir dinasti Aglabiyah. Hal yang sama juga terjadi di Sisilia. Dalam masa transisi ini, di Sisilia juga terjadi pergolakan, namun bukan karena masalah politik tetapi masalah yang bersifat agamis, yaitu pertentangan antara Syiah dengan Suni. Tetapi dalam jangka waktu yang tidak lama Fathimiyah bisa mengatasinya.

Amir-amir dinasti Fatimiyah yang di Sisilia, antara lain: Ziyadatullah bin Qurthub, Abu Musa al-Dayf, Salim Rasyid bin Khalil bin Ishaq. Di bawah para amir ini dinasti Fathimiyah membangun peradaban Islam di Sisilia dengan berbagai kemajuannya. Kemudian, dinasti ini mengalami pertikaian dan menjadikan dinasti ini mengalami kemunduran. Lalu dinasti Fathimiyah yang di Mesir mengutus Hasan bin Ali al-Kalbi untuk meletakkan dasar pemerintahan yang kokoh di Sisilia dan hal itu berhasil, maka selanjutnya mendirikan dinasti Kalbiyah.

3.   Dinasti Kalbiyah

Dinasti Kalbiyah ini merupakan utusan dari dinasti Fathimiyah yang ada di Mesir, dan tetap loyal kepada dinasti Fathimiyah. Dinasti Kalbiyah berkuasa selama 80 tahun. Hasan dapat menaklukkan daerah Kristen di sebelah utara Sisilia, Tormina dan kemudian diubah namanya menjai Mu’izziyah sebagai penghormatan terhadap khalifah Fathimiyah Mu’iz. Sejak tahun 948 M, khalifah Ismail al-Mansur mengangkat Hasan al-Kalbi menjadi amir di Sisilia. Secara de Fakto, emirat Sisilia terlepas dari pemerintahan Fathimiyah di Mesir. Lalu digantikan Amir baru yang bernama Abu al-Qasim (964-983 M).

Dinasti ini mencapai puncak kejayaannya pada masa keturunan al-Hasan yaitu Abu al-Futuh Yusuf ibn Abdullah. Benih-benih peradaban Islam dapat ditumbuhkembangkan dengan baik. Tidak hanya dalam segi fisik pertumbuhannya, namun juga segi pemikiran. Hal itu terbukti dengan munculnya intelektual-intelektual muslim dari negeri kecil tersebut.

Pada masa selanjutnya, Muslim di Sisilia bertempur dengan Bizantium. Setelah itu, kekuasaan Islam meredup seiring dengan perebutan kekuasaan di dalam tubuh umat Islam itu sendiri. Pada tahun 1061 M, Sisilia lepas dari kekuasaan Islam.

D.     Peradaban Islam di Sisilia

Peradaban Islam di Sisilia berkembang cukup pesat pada masa dinasti Kalbiyah. Namun pada dua periode pemerintahan sebelumnya, perkembangan Islam dalam perkembangannya hanya biasa-biasa saja dan tidak begitu mempunyai arti. Perkembangan tersebut terletak dalam berbagai bidang, mulai bidang ekonomi dan sosial, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya. Untuk lebih lebih jelasnya mengenai perkembangan-perkembangan tersebut dapat disimak uraian di bawah ini.

1.   Bidang Ekonomi dan Sosial

Keberadaan kaum Muslim di Sisilia telah mendorong terjadinya sebuah perubahan revolusioner dalam bidang pertanian serta ekonomi industri di pulau tersebut. Mereka menjadikan Sisilia sebagai pasar Internasional dan memperlakukan antara orang muslim dan kristen dengan perlakuan yang sama. Keberhasilan tersebut telah menjadikan pulau tersebut sebagai pengekspor utama komoditas pertanian. Penduduk yang ada di sana pun juga bertambah seiring dengan meningkatnya kondisi perekonomian negara dan pulau tersebut. Hal itu dikarenakan banyak bangsa Arab yang bermigrasi ke sana untuk mencari penghidupan.

Dalam bidang pertanian, kemajuan yang dicapai adalah sudah menggunakan sistem pengairan, bibit unggul didatangkan dari negara timur dan penanaman meniru bangsa Arab. Irigasi yang digunakan dengan sistem Hidraulic yang didatangkana dari Persia dan sistem Siphon dari Roma. Dalam bidang Industri, sudah mampu mengembangkan industri tambang emas, belerang, tawas, industri perikanan dan penenunan kain sutra. Sedangkan dalam bidang perdagangan masih dikuasai oleh orang Arab.

2.   Bidang Ilmu Pengetahuan

Pada bidang ilmu pengetahuan, perkembangan ilmu keagamaan lebih menonjol dibanding ilmu umum. Walaupun ilmu-ilmu non Islam juga mengelami perkembangan, seperti ilmu fisika, kimia, astronomi dan lain sebagainya. Di bidang fiqih, ahli fiqih sudah membicarakan hukum positif, dan sudah menyesuaikan penafsiran dengan perkembangan zaman. Al-Qur’an dan hadits dijadikan referensi hukum utama dan sumber pokok. Di samping itu, juga muncul tokoh-tokoh terkenal dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan, seperti Abdul Haq bin Muhammad ahli ilmu kalam, Ali Hamzah al-Basri, ahli sastra dan laiun sebagainya.

Tidak hanya itu, dalam hal sarana ibadah, terdapat 300 masjid, 300 sekolah guru dan 7000 jamaah jum’at. Perkembangan tersebut menunjukkan bahwa peradaban dan kebudayaan Islam yang ada di pulau tersebut berkembang dengan pesat.

3.   Bidang Kemiliteran

Dalam bidang kemiliteran, pasukan Islam mendapatkan keberhasilan yang sangat besar, diantaranya keberhasilan yang ada adalah beberapa kali dinasti Kalbiyah mampu menduduki kota Matera dan Bignano di Italia selatan yang lebih besar kekuasaannya dan kekuatannya, sehingga Paus harus membayar pajak kepada penguasa Islam. Keberhasilan penaklukan tersebut dikarenakan militer yang dimilikinya tangguh, sehingga mampu menaklukkan kekuatan yang lebih besar dari yang ada di Sisilia.

E.     Keruntuhan Kekuasaan Islam di Sisilia.

Keruntuhan kekuasaan Islam di Sisilia ini disebabkan karena adanya perang saudara dan kekacauan politik. Dinasti Kalbiyah pada awal tahn 1040 M mengalami kekacauan politik dan kekuasaan umat Islam terpecah-pecah. Dan pada masa itu kekuasaan berada di tangan panglima perang. Pada tahun 1044 M, amir al-Hasan digulingkan oleh Ibn Hawwas dan ia juga digulingkan Ibn Tumnan dengan cara meminta bantuan Bizantium. Di samping itu, juga faktor yang menyebabkan kekuasaan Islam di Sisilia tidak lama adalah orang Arab tidak disukai oleh penduduk setempat, karena menjadi tuan Tanah. Maka dari itu sebagian rakyat Sisilia memusuhi orang-orang keturunan Arab dan berakhir dengan pemberontakan yang dibantu oleh Bizantium dan Norman.

Pada tahun 1060 M. Ibn Tumnan yang berambisi menguasai seluruh Sisilia, mengalami kekalahan dari Roger I dan Rober Guiscard. Mereka adalah penguasa Italia yang datang untuk menaklukkan dan merebut Sisilia. Penaklukan ini dimulai dengan serangan ke kota Messina pada tahun 1060 M, lalu Palermo tahun 1071 M, Siracuses 1085 M, dan juga Malta 1090 M. Lama kelamaan, sedikit demi sedikit kekuasaan Islam jatuh ke tangan mereka.

Maka selanjutnya yang berkuasa adalah orang kristen, walaupun kebudayaan Islam masih ada di sana. Pada masa itu, terjadi pelarangan besar-besaran umat Islam dalam menjalankan syariatnya dan dilarang berkomunikasi dengan luar pulau.

Referensi

Ahmad, Aziz, History Of Islamic Sicily, Edenburgh: Edenburgh University Press, 1975.

Al-Haddad, Al-Habib Alwi bin Thahir, Sejarah Masuknya Islam di Timur Jauh, terj.Ali Yahya, Jakarta: Lentera Baristama, 2001.

Hammond, Headline Word Atlas, New Jersey: Hammond Incorporated Maplewood, 1969

Hitti, Philip A., History Of Arab, terj. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2006.

Khaldun, Ibn, Muqaddimah Ibn Khaldun, Mauqi’u al-Islam: Dalam Software Maktabah Syamilah, 2005.

Sunanto, Musyrifah, Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2007.

Yahaya, Mahayudin, Islam di Spanyol dan Sicily, Kualalumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia, 1990.

SEKIAN

SEMOGA BERMANFAAT

PERANG SALIB


PERANG SALIB

By: Muhammad Fathurrohman, M.Pd.I
(Guru Sang Dewo (SMPN 2 Pagerwojo) & Akademisi UIN Maliki Malang)

 

Perang Salib adalah gerakan umat Kristen di Eropa yang memerangi umat Muslim di Palestina secara berulang-ulang mulai abad ke-11 sampai abad ke-13, dengan tujuan untuk merebut Tanah Suci dari kekuasaan kaum Muslim dan mendirikan gereja dan kerajaan Latin di Timur. Dinamakan Perang Salib, karena setiap orang Eropa yang ikut bertempur dalam peperangan memakai tanda salib pada bahu, lencana dan panji-panji mereka.

Istilah ini juga digunakan untuk ekspedisi-ekspedisi kecil yang terjadi selama abad ke-16 di wilayah di luar Benua Eropa, biasanya terhadap kaum pagan dan kaum non-Kristiani untuk alasan campuran; antara agama, ekonomi, dan politik. Skema penomoran tradisional atas Perang Salib memasukkan 9 ekspedisi besar ke Tanah Suci selama Abad ke-11 sampai dengan Abad ke-13. “Perang Salib” lainnya yang tidak bernomor berlanjut hingga Abad ke-16 dan berakhir ketika iklim politik dan agama di Eropa berubah secara signifikan selama masa Renaissance.

Perang Salib pada hakikatnya bukan perang agama, melainkan perang merebut kekuasaan daerah. Hal ini dibuktikan bahwa tentara Salib dan tentara Muslim saling bertukar ilmu pengetahuan.

Perang Salib berpengaruh sangat luas terhadap aspek-aspek politik, ekonomi dan sosial, yang mana beberapa bahkan masih berpengaruh sampai masa kini. Karena konfilk internal antara kerajaan-kerajaan Kristen dan kekuatan-kekuatan politik, beberapa ekspedisi Perang Salib (seperti Perang Salib Keempat) bergeser dari tujuan semulanya dan berakhir dengan dijarahnya kota-kota Kristen, termasuk ibukota ByzantiumKonstantinopel-kota yang paling maju dan kaya di benua Eropa saat itu.

A.      Sebab-sebab Terjadinya Perang Salib

Sejumlah ekspedisi militer yang dilancarkan oleh pihak Kristen terhadap kekuatan muslim dalam periode 1096 – 2073 M. dikenal sebagai perang salib. Hal ini disebabkan karena adanya dugaan bahwa pihak Kristen dalam melancarkan serangan tersebut didorong oleh motivasi keagamaan, selain itu mereka menggunakan simbol salib. Namun jika dicermati lebih mendalam akan terlihat adanya beberapa kepentingan individu yang turut mewarnai perang salib ini. Berikut ini adalah beberapa penyebab yang turut melatarbelakangi terjadinya perang salib.

Pertama, bahwa perang salib merupakan puncak dari sejumlah konflik antara negeri barat dan negeri timur, jelasnya antara pihak Kristen dan pihak muslim. Perkembangan dan kemajuan ummat muslim yang sangat pesat, pada akhir-akhir ini, menimbulkan kecemasan tokoh-tokoh barat Kristen. Terdorong oleh kecemasan ini, maka mereka melancarkan serangan terhadap kekuatan muslim.

Kedua, munculnya kekuatan Bani Saljuk yang berhasil merebut Asia Kecil setelah mengalahkan pasukan Bizantium di Manzikart tahun 1071, dan selanjutnya Saljuk merebut Baitul Maqdis dari tangan dinasti Fatimiyah tahun 1078 M. Kekuasaan Saljuk di Asia Kecil dan yerusalem dianggap sebagai halangan bagi pihak Kristen barat untuk melaksanakan haji ke Bait al-Maqdis. padahal yang terjadi adalah bahwa pihak Kristen bebas saja melaksanakan haji secara berbondong-bondong. pihak Kristen menyebarkan desas-desus perlakuan kejam Turki Saljuk terhadap jemaah haji Kristen. Desas-desus ini membakar amarah umat Kristen-Eropa.

Ketiga, bahwa semenjak abad ke sepuluh pasukan muslim menjadi penguasa jalur perdagangan di lautan tengah. Para pedagang Pisa, Vinesia, dan Cenoa merasa terganggu atas kehadiran pasukan lslam sebagai penguasa jalur perdagangan di laut tengah ini. Satu-satunya jalan untuk memperluas dan memperlancar perdagangan mereka adalah dengan mendesak kekuatan muslim dari lautan ini”

Keernpat, propaganda Alexius Comnenus kepada )aus Urbanus ll. Untuk membalas kekalahannya dalam peperangan melawan pasukan Saljuk. Bahwa paus merupakan sumber otoritas tertinggi di barat yang didengar dan ditaati propagandanya. Paus Urbanus II segera rnengumpulkan tokoh-tokoh Kristen pada 26 November 1095 di Clermont, sebelah tenggara Perancis. Dalam pidatonya di Clermont sang Paus memerintahkan kepada pengikut kristen agar mengangkat senjata melawan pasukan musim.

Tujuan utama Paus saat itu adalah memperluas pengaruhnya sehingga gereja-gereja Romawi akan bernaung di bawah otoritasnya. Dalam propagandanya, sang Paus Urbanus ll menjanjikan ampunan atas segala dosa bagi mereka yang bersedia bergabung dalam peperangan ini. Maka isu persatuan umat Kristen segera bergema menyatukan negeri-negeri Kristen memenuhi seruan sang Paus ini. Dalam waktu yang singkat sekitar 150.000 pasukan Kristen berbondong-bondong memenuhi seruang sang Paus, mereka berkumpul di Konstantinopel. Sebagian besar pasukan ini adalah bangsa Perancis dan bangsa Normandia.

B.       Jalannya Peperangan

Perang salib yang berlangsung dalam kurun waktu hampir dua abad, yakni antara tahun 1095 – 1291 M., terjadi dalam serangkaian peperangan.

1.         Perang Salib 1

Pada tahun 490 H/1096 M. sebuah pasukan salib yang dipimpin oleh komandan Walter dapat ditundukkan oleh kekuatan Kristen Bulgaria. Kemudian Peter yang mengkomandoi kelompok kedua pasukan salib bergerak melalui Hungaria dan Bulgaria. Pasukan ini berhasil menghancurkan setiap kekuatan yang menghalanginya. Seorang sultan negeri Nice berhasil menghadapinya bahkan sebagian pimpinan salib berkenan memeluk lslam dan sebagian pasukan mereka terbunuh dalam peperangan ini.

Setahun kemudian yakni pada tahun 491 H/1097 M. pasukan Kristen di bawah komandan Coldfrey bergerak dari Konstantinopel menyeberangi selat Bosporus dan berhasil menaklukkan Antioch (Antakia) setelah mengepungnya selama 9 bulan. Pada pengepungan ini pasukan salib melakukan pembantaian secara kejam tanpa prikemanusiaan.

Setelah berhasil menundukkan Antioch, pasukan salib bergerak ke Ma’arrat al-Nu’ man, sebuah kota termegah di Syria. Di kota ini pasukan Salib juga melakukan pembantaian ribuan orang. Pasukan salib selanjutnya menuju ke Yerusalem dan dapat menaklukkannya dengan mudah. Ribuan jiwa muslirn menjadi kurban pembantaian dalam penaklukan kota Yerusalern ini. “Tumpukan kepala, tangan dan kaki terdapat di segala penjuru jalan dan sudur kota”. Sejarah telah menyaksikan sebuah tragedi manusia yang memilukan. Goldfrey selanjutnya menjabat sebagai penguasa atas negeri Yerusalem. Ia adalah penguasa yang cakap, dan komandan yang bersemangat dan agresif.

Pada tahun 503 H/1109 M., pasukan salib menaklukkan Tripoli. Mereka selain membantai masyarakat Tripoli juga membakar perpustakaan, perguruan dan sarana industri hingga menjadi abu.

Selama terjadi penyerangan di atas, kesultanan Saljuk sedang dalam kemunduran. Perselisihan antara sultan-sultan Saljuk memudahkan pasukan salib merebut wilayah-wilayah kekuasaan Islam. Dalam kondisi seperti ini muncullah seorang sultan Damaskus yang bernama Muhammad yang berusaha mengabaikan konflik internal dan menggalang kesatuan dan kekuatan Saljuk untuk mengusir pasukan salib. Baldwin, penguasa Yerusalem pengganti Goldfrey, dapat dikalahkan oleh pasukan Saljuk ketika ia sedang menyerang kota Damaskus. Baldwin segera dapat merebut kembali wilayah-wilayah yang lepas setelah datang bantuan pasukan dari Eropa.

Sepeninggal Sultan Mahmud, tampillah seorang perwira muslirn yang cakap dan gagah pemberani. Ia adalah Imaduddin Zangki, seorang anak dari pejabat tinggi Sultan Malik Syah. Atas kecakapannya, ia menerima kepercayaan berkuasa atas kota Wasit dari Sultan Mahmud. Belakangan penguasa Mosul dan Mesopotamia juga berlindung kepadanya. la menerima gelar Attabek dari khalifah di Bagdad. Ia telah mencurahkan kemampuannya dalam upaya mengembalikan kekuatan pemerintahan Saljuk dan menyusun kekuatan militer, sebelum ia mengabdikan diri di kancah peperangan salib.

Masyarakat Aleppo dan Hammah yang menderita di bawah kekuasaan pasukan salib berhasil diselamatkan oleh Imaduddin Zangki setelah berhasil mengalahkan pasukan salib. Tahun berikutnya ia juga berhasil mengusir pasukan salib dari al- Asyarib. Satu-persatu Zangki meraih kemenangan atas pasukan salib, hingga ia merebut wilayah Edessa pada tahun 539 H/1144 M. Dalam pada itu, bangsa Romawi menjalin kekuatan gabungan dengan pasukan Perancis menyerang Buzza. Mereka menangkap dan membunuh perernpuan dan anak-anak yang tidak berdosa. Dari sini mereka melancarkan serangan ke Caesarea. Penguasa negeri ini yakni Abu Asakir nneminta bantuan pasukan Imaduddin Zangki. Zangki segera mengerahkan pasukannya dan ia berhasil mengusir kekuatan Perancis dan Romawi secara memalukan. Wilayah perbatasan di Akra berhasil digrebek hingga menyerah, demikian pula kota Balbek segera ditaklukkan, untuk selanjutnya pendudukan kota Balbek ini dipercayakan kepada komandan Najamuddin, ayah Salahuddin.

Penaklukan Edesa merupakan keberhasilan Zangki yang terhebat. Oleh umat Kristen Edessa merupakan kota yang termulya, karenanya kota ini dijadikan sebagai pusat kepuasan. Dalam penaklukan Edessa, Zangki tidak berlaku kejam terhadap penduduk sebagaimana tindakan pasukan salib. Tidak seorang pun merasakan tajamnya mata pedang Zangki, kecuali pasukan salib yang sedang bertempur yang sebagian besar adalah pasukan Perancis.

Dalam perjalanan penaklukan Kalat Jabir, Zangki terbunuh oleh tentaranya sendiri. Selama ini Zangki adalah seorang patriot sejati yang telah berjuang demi membela tanah airnya. Baginya, “pelana kuda lebih nyaman dan lebih dicintainya dari pada kasur sutra, dan juga suara hiruk-pikuk di medan peperangan terdengar lebih merdu dan lebih dicintainya daripada alunan musik”.

Kepemimpinan Imaduddin Zangki digantikan oleh putranya yang bernama Nuruddin Mahmud. Ia bukan hanya seorang prajurit yang cakap, sekaligus juga ahli hukum, dan juga seorang ilmuan. Pada saat itu umat Kristen Edessa dengan bantuan pasukan Perancis herhasil mengalah pasukan muslim yang bertugas di kota ini dan sekal i gus membanta i nya. N uruddi n segera mengerahkan pasukannya ke Edessa dan berhasil merebutnya kembali Sejumlah pasukan Edessa dan para pengkhianat dihukum dengan mata pedang, sedangkan bangsa Armenia yang bersekutu dengan pasukan salib diusir ke luar negeri Edesa.

2.         Perang Salib 2

Dengan jatuhnya kembali kota Edesa oleh pasukan muslim, tokoh-tokoh Kristen Eropa dilanda rasa cemas. St Bernard segera menyerukan kembali perang salib melawan kekuatan muslim. Seruan tersebut membuka gerakan perang salib kedua dalam sejarah Eropa. Beberapa penguasa Eropa menanggapi poiitif seruan perang suci ini. Kaisar jerman yang bernama Conrad III, dan kaisar perancis yang bernama Louis VII segera mengerahkan pasukannya keAsia. Namun kedua paiukan ini iapat dihancurkan ketika sedang dalam perjalanan menuju Syiria. Dengan sejumlah pasukan yang tersisa mereka berusaha mencapai Antioch, dan dari sisi mereka menuju ke Damaskus.

Pengepungan Damaskus telah berlangsung beberapa hari, ketika Nuruddin tiba di kota ini. Karena terdesak oleh pasukan Nuruddin, pasukan salib segera melarikan diri ke Palestina, sementara Conrad III dan Louis VII kembali ke Eropa dengan tangan hampa. Dengan demikian beiakhirlah babak ke dua perang salib.

Nuruddin segera rnulai memainkan peran baru sebagai sang penakluk. Tidak lama setelah mengalahkan pasukan salib, ia berhasil rnenduduki benteng Xareirna, merebut wilayah perbatasan Apamea pada tahun 544 H/1149 M., dan kota Joscelin. Pendek kata, kota-kota penting pasukan salib berhasil dikuasainya. la segera menyambut baik permohonan masyarakat Damaskus dalam perjuangan melawan penguasa Damaskus yang menindas. Keberhasilan Nuruddin menaklukkan koia damaskus membuat sang khalifah di Bagdad brerkenan rnemberinya gelar kehormatan “al-Malik al- ’Adil”.

Ketika itu Mesir sedang dilanda perselisihan intern dinasti Fatimiyah. Shawar, seorang perdana menteri Fatimiyah., dilepaskan dari jabatannya oleh gerakan rahasia. Nuruddin mengirimkan pasukannya di bawah pimpinan komandan Syirkuh. Namun ternyata Shawar justru memerangi Syirkuh berkat bantuan pasukan perancis hingga berhasil rnenduduki Mesir.

Pada tahun 563 H/1167 M. Syirkuh berusaha datang kembali ke Mesir. Shawar pun segera rneminta bantuan raja Yerusalem yang bernama Amauri. Gabungan pasukan Shawar dan Amauri ditaklukkan secara mutlak oleh pasukan Syirkuh dalam peperangan di Balbain. Antara mereka terjadi perundingan yang melahirkan beberapa kesepakatan: bahwa Syirkuh bersedia kembali ke Damaskus dengan imbalan 50.000 keping emas, Amauri harus menarik pasukannya dari Mesir. Namun Amauri tidak bersedia meninggalkan Kairo, sehingga perjanjian tersebut batal secara otomatis. Bahkan mereka menindas rakyat.

Atas permintaan khalifah Mesir Syirkuh diperintahkan oleh Nuruddin agar segera menuju ke Mesir. Masyarakat Mesir dan sang khalifah menyambut hangat kedatangan Syirkuh dan pasukannya, dan akhirnya Syirkuh ditunjuk sebagai perdana menteri. Dua bulan sesudah penundukan ini, Syirkuh meninggal dunia, kedudukannya digantikan oleh kemenakannya yang bernama Salahuddin. Ketika kondisi politik dinasti Fatimiyah semakin melemah, Salahuddin al-Ayyubi segera memulihkan otoritas Khalifah Abbasiyah di Mesir, dan setelah dinasti Fatimiyah hancur Salahuddin menjadi penguasa Mesir (570-590 H/1174-1193 M).

Salahuddin, putra Najamuddin Ayyub, lahir di Takrit pada tahun 432 H/1137 M. Ayahnya adalah pejabat kepercayaan pada masa lmaduddin Zangki dan masa Nuruddin. Salahuddin adalah seorang letnan pada masa Nuruddin, dan telah berhasil mengkonsolidasikan masyarakat Mesir, Nubia, Hijaz dan Yaman.

Sultan Malik Syah yang menggantikan Nuruddin adalah raja yang masih berusia belia, sehingga amir-amirnya saling berebut pengaruh yang menyebabkan timbulnya krisis poiitik internal. Kondisi demikian ini memudahkan bagi pasukan salib untuk menyerang Damaskus dan menundukkannya. Setelah beberapa lama tampillah Salahuddin berjuang mengamankan Damaskus dari pendudukan pasukan salib.

Lantaran hasutan Gumusytag, sang sultan belia Malik Syah menaruh kemarahan terhadap sikap Salahuddin ini sehingga menimbulkan konflik antara keduanya. Sultan Malik Syah menghasut masyarakat Alleppo berperang melawan Salahuddin. Kekuatan Malik Syah di Alleppo dikalahkan oleh pasukan Salahuddin. Merasa.tidak ada pilihan lain, Sultan Malik Syah rneminta bantuan pasukan salib. Semenjak kemenangan melawan pasukan salib di Aleppo ini, terbukalah jalan lernpang bagi tugas dan perjuangan Salahuddin di masa-masa mendatang hingga ia berhasil mencapai kedudukan sultan. Semenjak tahun 575H/1182M, kesultanan Saljuk di pusat mengakui kedudukan Salahuddin sebagai sultan atas seluruh wilayah Asia Barat.

Sementara itu Baldwin III menggantikan kedudukan ayahnya, Amaury. Baldwin III mengkhianati perjanjian genjatan senjata antara kekuatan muslim dengan pasukan Salib-Kristen. Bahkan pada tahun 582H/11 86 M. Penguasa wilayah Kara yang bernama Reginald mengadakan penyerbuan terhadap kabilah muslim yang sedang melintasi benteng pertahanannya. Salahuddin segera mengerahkan pasukannya di bawah pimpinan Ali untuk mengepung Kara dan selanjutnya menuju Galilee untuk menghadapi pasukan Perancis. Pada tanggal 3 Juli 1187 M. kedua pasukan bertempur di daerah Hittin, di mana pihak pasukan Kristen mengalami kekalahan. Ribuan pasukan mereka terbunuh, sedang tokoh-tokoh militer mereka ditawan. Sultan Salahuddin selanjutnya merebut benteng pertahanan Tiberia. Kota Acre, Naplus, Jericho, Ramla, Caesarea, Asrul Jaffra, Beyrut, dan sejumlah kota-kota lainnya satu persatu jatuh dalanr kekuasaan Sultan Salahuddin.

Selanjutnya Salahudin memusatkan perhatiannya untuk menyerang Yerusalem, di mana ribuan rakyat muslim dibantai oleh pasukan Salib-Kristen. Setelah mendekati kota ini, Salahuddin segera menyampaikan perintah agar seluruh pasukan Salib-Kristen Yerusalem menyerah. Perintah tersebut sama sekali tidak dihiraukan, sehingga Salahuddin bersumpah untuk membalas dendam atas pembantaian ribuan warga muslim. Setelah beberapa larna terjadi pengepungan, pasukan salib kehilangan semangat tempurnya dan memohon kemurahan hati sang sultan. Jiwa sang sultan terlalu lembut dan penyayang untuk melaksanakan sumpah dan dendamnya, sehingga ia pun memaafkan mereka. Bangsa Romawi dan warga Syria-Kristen diberi hidup dan diizinkan tinggal di Yerusalem dengan hak-hak warga negara secara penuh. Bangsa Perancis dan bangsa-bangsa Latin diberi hak meninggalkan Palestina dengan membayar uang tebusan 10 dinar setiap orang dewasa, dan 1 dinar untuk setiap anak-anak. Jika tidak bersedia mereka dijadikan sebagai budak. Namun peraturan seperti ini tidak diterapkan oleh sang sultan secara kaku. Salahuddin berkenan melepaskan ribuan tawanan tanpa tebusan sepeser pun, bahkan ia mengeluarkan hartanya sendiri untuk menrbantu menebus sejumlah tawanan. Salahuddin juga membagi-bagikan sedekah kepada ribuan masyarakat Kristen yang miskin dan lemah sebagai bekal perjalanan mereka pulang. Ia menyadari betapa pasukan Salib-Kristen telah membantai ribuan rnasyarakat muslim yang tidak berdosa, namun suara hatinya yang lembut tidak tega untuk melampiaskan dendam terhadap pasukan Kristen.

Pada sisi lainnya Salahuddin juga membina ikatan persaudaraan antara warga Kristen dengan warga muslim, dengan memberikan hak-hak warga Kristen sama persis dengan hak-hak warga muslim di Yerusalem. Sikap Salahuddin demikian ini membuat umat Kristen di negeri-negeri lain ingin sekali tinggal di wilayah kekuasaan sang sultan ini. “sejumlah warga Kristen yang meninggalkan Yerusalem menuju Antioch ditolak dan bahkan dicaci maki oleh raja Bahemond. Mereka lalu menuju ke negeri Arab di mana kedatangan mereka disambut dengan baik”, kata Mill. Perlakuan baik pasukan muslim terhadap umat Kristen ini sungguh tidak ada bandingannya sepanjang sejarah dunia. Padahal sebelumnya, pasukan Salib-Kristen telah berbuat kejam, menyiksa dan menyakiti warga muslim.

3.         Perang Salib 3

Jatuhnya Yerusalem dalam kekuasaan Salahuddin menimbulkan keprihatinan besar kalangan tokoh-tokoh Kristen. Seluruh penguasa negeri Kristen di Eropa berusaha menggerakkan pasukan salib lagi. Ribuan pasukan Kristen berbondong-bondong menuju Tyre untuk berjuang mengembalikan prestis kekuatan mereka yang telah hilang. Menyambut seruan kalangan gereja, maka kaisar Jerman yang bernama Frederick Barbarosa, Philip August, kaisar Perancis yang bernama Richard, beberapa pembesar kristen rnembentuk gabungan pasukan salib. Dalam hal ini seorang ahli sejarah menyatakan bahwa Perancis mengerahkan seluruh pasukannya baik pasukan darat maupun pasukan lar.rtnya. Bahkan wanita-wanita Kristen turut ambil bagian dalam peperangan ini. Setelah seluruh kekuatan salib berkumpul di Tyre, mereka segera bergerak mengepung Acre.

Salahuddin segera menyusun strategi untuk menghadapi pasukan salib. Ia menetapkan strategi bertahan di dalam negeri dengan mengabaikan saran para Amir untuk melakukan pertahanan di luar wilayah Acre. ”Demikianlah Salahuddin mengambil sikap yang kurang tepat dengan memutuskan pandangannya sendiri’” ungkap salah seorang ahli sejarah. Jadi Salahuddin mestilah berperang untuk menyelamatkan wilayahnya setelah pasukan Perancis tiba di Acre.

Pada tanggal 14 September 1189 M. Salahuddin terdesak oleh pasukan salib, namun kemenakannya yang bernama Taqiyuddin berhasil mengusir pasukan salib dari posisinya dan mengembalikan hubungan dengan Acre. Dalam hal ini Ibn al-Athir menyatakan, “pasukan muslim mesti melanjutkan peperangan hingga malam hari sehingga mereka berhasil mencapai sasaran penyerangan. Namun setelah mendesak separuh kekuatan Perancis, pasukan muslim kembali dilemahkan pada hari berikutnya.

Kota Acre kembali terkepung selama hampir dua tahun. Sekalipun pasukan rnuslim menghadapi situasi yang serba sulit selama pengepungan ini, namun mereka tidak patah semangat. Segala upaya pertahanan pasukan muslim semakin tidak membawa hasil, bahkan mereka merasa frustasi ketika Richard dan Philip August tiba dengan kekuatan pasukan salib yang maha besar. Sultan Salahuddin merasa kepayahan menghadapi peperangan ini, sementara itu pasukan muslim dilanda wabah penyakit dan kelaparan. Masytub, seorang komandan Salauhuddin akhirnya mengajukan tawaran damai dengan kesediaan atas beberapa persyaratan sebagaimana yang pernah diberikan kepada pasukan Kristen sewaktu penaklukan Yerusalem dahulu. Namun sang raja yang tidak mengenal balas budi ini sedikit pun tidak memberi belas kasih terhadap ummat muslim. la membantai pasukan muslirn secara kejam.

Setelah berhasil menundukkan Acre, pasukan salib bergerak menuju Ascalon dipimpin oleh Jenderal Richard. Bersamaan dengan itu Salahuddin sedang mengarahkan operasi pasukannya dan tiba d i fucalon I e6l h awil. Ketika tiba di Ascalon, Richard mendapatkan kota ini telah dikuasai oleh pasukan Salahuddin. Merasa tidak berdaya mengepung kota ini, Richard mengirimkan delegasi perdamaian menghadap Salahuddin. Setelah berlangsung perdebatan yang kritis, akhirnya sang sultan bersedia menerirna tawaran damai tersebut. ”Antar pihak Muslim dan pihak pasukan salib menyatakan bahwa wilayah kedua belah pihak saling tidak rnenyerang dan menjamin keamanan masing-masing, dan bahwa warga negara kedua belah pihak dapat saling keluar masuk ke wilayah lainnya tanpa, gangguan apa pun”. Jadi perjanjian damai yang menghasilkan kesepakatan di atas mengakhiri perang salib ke tiga.

Setelah keberangkatan Jenderal Richard, Salahuddin masih tetap tinggal di Yerusalem dalam beberapa lama. Ia kemudian kembali ke Damaskus untuk menghabiskan sisa hidupnya. Perjalanan panjang yang meletihkan ini mengganggu kesehatan sultan dan akhirnya ia meninggal enam bulan setelah tercapai perdamaian, yakni pada tahun 1193 M. Seorang penulis berkata, “Hari kematian Salahuddin merupakan musibah bagi islam dan ummat lslam, sungguh tidak ada duka yang melanda mereka setelah kematian empat khalifah pertarna yang melebihi duka atas kematian Sultan Salahuddin”.

Salahuddin bukan hanya seorang Prajurit, ia juga seorang yang mahir dalam bidang pendidikan dan pengetahuan. Berbagai penulis berkarya di istananya” Penulis yang ternama di antara mereka adalah Imaduddin, sedang hakim yang termasyhur adalah al-Hakkari. Sultan Salahuddin mendirikan berbagai lembaga pendidikan seperti madrasah, perguruan, dan juga mendirikan sejumiah rumah sakit di wilayah kekuasaannya.

4.         Perang Salib 4

Dua tahun setelah kematian Salahuddin berkobar perang salib keempat atas inisiatif Paus Celestine III. Namun sesungguhnya peperangan antara pasukan muslim dengan pasukan Kristen telah berakhir dengan usianya perang salib ketiga. Sehingga peperangan berikutnya tidak banyak dikenal. Pada tahun 1195 M. pasukan salib menundukkan Sicilia, kemudian terjadi dua kali penyerangan terhadap Syria. Pasukan kristen ini mendarat di pantai Phoenecia dan menduduki Beirut. Anak Salahuddin yang bernama al-Adil segera rnenghalau pasukan salib. la selanjutnya menyerang kota perlindungan pasukan salib. Mereka kemudian mencari tempat perlindungan ke Tibinim, lantaran semakin kuatnya tekanan dari pasukan muslim, pihak salib akhirnya menempuh inisiatif damai. Sebuah perundingan menghasilkan kesepakatan pada tahun 1198M, bahwa peperangan ini harus dihentikan selama tiga tahun.

5.         Perang Salib 5

Belum genap mencapai tiga tahun, Kaisar Innocent III menyatakan secara tegas berkobarnya perang salib ke lima setelah berhasil rnenyusun kekuatan miliier. Jenderal Richard di lnggris menolak keras untuk bergabung dalam pasukan salib ini, sedang mayoritas penguasa Eropa lainnya menyarnbut gembira seruan perang tersebut. Pada kesempatan ini pasukan salib yang bergerak menuju Syria tiba-tiba mereka membelokkan geiakannya menuju Konstantinopel. Begitu tiba di kota ini, mereka membantai ribuan bangsa romawi baik laki-laki maupun perempuan secara bengis dan kejam. pembantai ini berlangsung dalam beberapa hari. Jadi pasukan muslim sama sekali tidak mengalami kerugian karena tidak terlibat dalam peristiwa ini.

6.         Perang Salib 6

Pada tahun 613 H/1216M, Innocent III mengobarkan propaganda perang salib ke enam. 250.000 pasukan salib, mayoritas Jerman, mendarat di Syria. Mereka terserang wabah penyakit di wilayah pantai Syria hingga kekuatan pasukan tinggal tersisa sebagian. Mereka kemudian bergerak menuju Mesir dan kemudian mengepung kota Dimyat. Dari 70.000 personil, pasukan salib berkurang lagi hingga tinggal 3.000 pasukan yang tahan dari serangkaian wabah penyakit. Bersamaan dengin ini, datang tambahan pasukan yang berasal dari perancis yang bergerak menuju Kairo. Narnun akibat serangan pasukan muslim yang terus-menerus, mereka men jadi terdesak dan terpaksa rnenempuh jalan damai. Antara keduanya tercapai kesepakatan damai dengan syarat bahwa pasukan salib harus segera meninggalkan kota Dimyat.

7.         Perang Salib 7

Untuk mengatasi konflik politik internal, Sultan Kamil mengadakan perundingan kerja sarna dengan seorang jenderal Jerman yang bernarna Frederick. Frederick bersedia membantunya rnenghadapi musuh-musuhnya dari kalangan Bani Ayyub sendiri, sehingga Frederick nyaris menduduki dan sekaligus berkuasa di yerusalem. Yerusalem berada di bawah kekuasaan tentara salib sampai dengan tahun 1244 M., setelah itu kekuasaan salib direbut oleh Malik al-shalih Najamuddi al-Ayyubi atas bantuan pasukan Turki Khawarizmi yang berhasil meiarikan diri dari kekuasaan Jenghis Khan.

8.         Perang Salib 8

Dengan direbutnya kota Yerusalern oleh Malik al- Shalih, pasukan salib kembali menyusun penyerangan terhadap wilayah lslam. Kali ini Louis IX, kaisar perancis, yang memimpin pasukan salib kedelapan. Mereka mendarat di Dirnyat dengan mudah tanpa perlawanan yang beranti. Karena pada saat itu Sultan Malikal-shalih sedang menderita sakit keras sehingga disiplin tentara muslim merosot. Ketika pasukan Louis IX bergerak menuju ke Kairo melalui jalur sungai Nil, mereka mengalami kesulitan lantaran arus sungai mencapai ketinggiannya, dan mereka juga terserang oleh wabah penyakit, sehingga kekuatan salib dengan mudah dapat dihancurkan oleh pasukan Turan Syah, putra Ayyub.

Setelah berakhir perang salib ke delapan ini, pasukan Salib-Kristen berkali-kali berusaha mernbalas kekalahannya, namun selalu mengalami kegagalan.

C.      Akibat Perang Salib

Perang salib yang berlangsung lebih kurang dua abad membawa beberapa akibat yang sangat berarti bagi perjalanan sejarah dunia. Perang salib ini menjadi penghubung bagi bangsa Eropa mengenali dunia lslam secara lebih dekat yang berarti kontak hubungan antara barat dan timur semakin dekat. Kontak hubungan barat-timur ini mengawali terjadinya pertukaran ide antara kedua wilayah tersebut. Kemajuan ilmu pengetahuan dan tata kehidupan masyarakat timur yang”maju menjadi daya dorong pertumbuhan intelektual bangsa barat, yakni Eropa. Hal ini sangat-besar andil dan peranannya dalam meahirkan era renaissance di Eropa.

Pasukan salib merupakan penyebar hasrat bangsa Eropa dalam bidang perdagangan dan perniagaan terhadap bangsa-bangsa timur. Selama ini bangsa barat tidak mengenal kemajuan pemikiran bangsa timur. Maka perang salib ini juga membawa akibat timbulnya kegiatan penyelidikan bangsa Eropa mengenai berbagai seni dan pengetahuan penting dan berbagai penemuan yang teiah dikenali ditimur. Misalnya, kompas kelautan, kincir angin, dan lain-lain, Mereka juga menyelidiki sistem pertanian, dan yang lebih penting adalah mereka rnengenali sistem industri timur yang telah maju. Ketika kembali ke negerinya, Eropa, mereka lantas mendirikan sistem pemasaran barang-barang produk timur. Masyarakat barat semakin menyadari betapa pentingnya produk-produk tersebut. Hal ini menjadikan sernakin pesatnya pertumbuhan kegiatan perdagangan antara timur dan barat. Kegiatan perdagangan ini semakin berkembang pesat seiring dengan kemajuan pelayaran di laut tengah. Namun, pihak muslim yang semula menguasai jalur pelayaran di laut tengah kehilangan supremasinya ketika bangsa-bangsa Eropa menempuh rute pelayaran laut tengah secara bebas.

Ketika itu, selama periode perang salib, panglima dan pasukan muslim telah menunjukkan sikap mereka yang sangat menawan dan bijaksana. Mereka penuh kesabaran dalam berjuang dan gigih dalam pertahanan, pemaaf dan ksatria.

Sementara itu bersamaan dengan periode ini, kekhilafahan Abbasiyah di Bagdad tengah dilanda konflik politik internal. Bahkan ketika kekuasaannya terancam oleh serangan pasukan salib, mereka sama sekali tidak mengambil sikap peduli. Mereka tenang saja di istana Bagdad bermalas-malasan dan boros. Pola kehidupan sang khalifah yang demikian ini berlangsung terus-menerus sampai Bagdad ditundukkan oleh Hulagu Khan, cucu Jenghis Khan. Hulagu dengan sangat mudah menghancurkan kota Bagdad dan membunuh Khalifah Abbasiyah yang terakhir, yakni al-Musta’sim. peristiwa ini terjadi pada tahun 1258 M. yang menandai akhir masa kekuasaan dinasti Abbasiyah.

SEKIAN

SEMOGA BERMANFAAT