Tag Archives: Educational Leadership

RESENSI BUKU KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN


RESENSI BUKU

 

Judul Buku               :  Kepemimpinan Pendidikan: Kepemimpinan Jenius (IQ + EQ), Etika, Perilaku Motivasional, dan Mitos

Pengarang                : Sudarwan Danim

Penerbit                    : CV.Alfabeta Bandung

Tahun Terbit             : 2010

Jumlah halaman        :  230 Halaman

Peresensi                  : Heni Sriwuryani

 

 

 

Buku yang ditulis oleh Sudarwan Danim ini terdiri dari dua belas bagian, yaitu tipologi dan sejarah studi kepemimpinan pada bagian pertama, dilanjutkan dengan teori kepemimpinan dan karakter pemimpin efektif pada bagian kedua selanjutnya kualitas pemimpin dan pendidikan kepemimpinan pada bagian ketiga. Selanjutnya pada bagian keempat Danim membahas mengenai menjadi pemimpin yang jenius, pada bagian kelima membahas mengenai performa pemimpin dan kualitas kehidupan kerja, pada bagian keenam membahas gaya kepemimpinan dan perilaku motivasional dan pada bagian ketujuh ia membahas mengenai motivasi dan kunci kepemimpinan motivasional, selanjutnya membahas perilaku tim dan kepemimpinan transaksional,  yang dilanjutkan etika dan proposisi perilaku kepemimpinan pada bagian delapan dan sembilan. Tidak lupa Danim membahas mengenai mitos-mitos kepemimpinan, kepemimpinan guru dan kaderisasi kepemimpinan, pada bagian sepuluh dan sebelas diakhiri dengan kepemimpinan kritis dan sindroma pasca kuasa pada bab terakhir.

Dalam buku ini, penulis menguraikan seputar kepemimpinan dan teori-teorinya mulai dari gaya kepemimpinan, kepemimpinan efektif, motivasional, bahkan mitos kepemimpinan sampai pada kaderisasi kepemimpinan dan kepemimpinan kritis. Penulis melakukan pembahasan secara komparatif, dan hanya mengeksplore teori-teori kepemimpinan juga menjelaskan secara detail, namun tidak mengkritisi kelebihan dan kekurangan masing serta mana teori yang paling update.

Pada bagian pertama yaitu membahas tentang tipologi dan sejarah studi kepemimpinan. Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai awal mula kepemimpinan atau babak sejarah kepemimpinan, yang dimulai dengan pemimpin versus pengikut sampai pada penjelasan mengenai studi kepemimpinan modern yang dilakukan oleh para ahli. Di tengah-tengah itu, ada kepemimpinan situasional, multi kepemimpinan, sampai pada kepemimpinan yang efektif yang berkembang pada dekade akhir-akhir ini.

Pada bagian kedua penulis menjelaskan mengenai definisi kepemimpinan, teori kepemimpinan dan karakter pemimpin efektif. Kepemimpinan diambil dari kata pemimpin yang dalam bahasa Inggris disebut leader dari akar kata to lead yang terkandung arti yang saling erat berhubungan: bergerak lebih awal, berjalan di depan, mengambil langkah pertama, berbuat paling dulu, memelopori, mengarahkan pikiran-pendapat-tindakan orang lain, membimbing, menuntun, menggerakkan orang lain melalui pengaruhnya. Selanjutnya, penulis akan menjelaskan definisi kepemimpinan menurut para ahli. Definisi kepemimpinan yang dikemukakan oleh para ahli berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing sesuatu kelompok sedemikian rupa, sehingga tercapailah tujuan dari kelompok itu. Penulis mendefinisikan kepemimpinan adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kepemimpinan merupakan misteri yang belum terpecahkan sehingga banyak diteliti oleh banyak pakar. Banyak cabang ilmu yang masuk dalam studi kepemimpinan, sehingga kepemimpinan selalu menjadi fokus penelitian. Awalnya, teori-teori kepemimpinan berfokus pada kualitas apa yang membedakan antara pemimpin dan pengikut (leaders dan followers), selanjutnya teori-teori kepemimpinan memadang faktor-faktor situasional dan ketrampilan individual. Begitu banyak teori kepemimpinan yang muncul, yang jika ditelusuri dalam beberapa referensi, akan didapatkan delapan jenis teori kepemimpinan. Ciri atau karakteristik seorang pemimpin yang efektif dikelompokkan menjadi dua sifat penting, yaitu mempunyai visi dan bekerja dari sudut efektifitas mereka.

Pada bagian ketiga, penulis menjelaskan mengenai kualitas pemimpin dan pendidikan kepemimpinan. Pemimpin haruslah berkualitas supaya dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Kualitas seorang pemimpin terletak pada kepribadiannya. Pemimpin harus mempunyai pribadi yang luhur supaya dapat memimpin dengan baik dan mengambil kebijakan dengan tepat. Maka dari itu, untuk menjadi seorang pemimpin diperlukan pendidikan kepemimpinan, yang biasanya dilakukan melalui pendidikan-pendidikan khusus, dan diklat kalau di Indonesia.

Pada bagian keempat, penulis menjelaskan mengenai pemimpin yang jenius. Pemimpin yang ketika mengambil keputusan menggunakan IQ dan EQ nya. Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari 3 jenis, yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Jika seorang pemimpin mempunyai hal tersebut, maka seorang pemimpin akan mampu mengambil keputusan dengan cepat dan tepat.

Pada bagian kelima, penulis menjelaskan mengenai performa kepemimpinan dan kehidupan kerja. Performance kepemimpinan sering diartikan sebagai penampilan atau perilaku  kinerja kepala madrasah dalam mempengaruhi perilaku bawahan atau pengikut-pengikutnya. Jika seseorang dalam posisi sebagai pimpinan didalam sebuah organisasi atau perusahaan, dan menginginkan pengembangan staf dan membangun sistem komunikasi untuk menghasilkan tingkat produktivitas yang tinggi, maka yang bersangkutan harus memikirkan performance kepemimpinannya.

Pada bagian keenam, penulis menjelaskan mengenai gaya kepemimpinan dan perilaku motivasional. Mulai dari teori X dan teori Y, studi Ohio, sampai pada teori EGR. Gaya dalam bahasa lainnya adalah tipe. Tipe kepemimpinan membawa diri sebagai pemimpin membawa diri sebagai pemimpin. Cara ia berlagak dan tampil dalam menggunakan kekuasaannya. Pemimpin itu mempunyai sifat, kebiasaan, tempramen, watak dan kepribadian sendiri yang unik dan khas sehingga  tingkah laku dan gayanya yang membedakan dirinya dengan orang lain. Tipe kepemimpinan merupakan suatu pola perilaku seorang pemimpin yang khas pada saat mempengaruhi anak buahnya, apa yang dipilih oleh pemimpin untuk dikerjakan. Cara pemimpin bertindak dalam mempengaruhi anggota kelompok membentuk tipe kepemimpinannya. Secara teoritis telah banyak dikenal tipe kepemimpinan, namun tipe mana yang terbaik tidak mudah untuk ditentukan. Gaya kepemimpinan sangat erat dengan motivasi.

Pada bagian ketujuh, penulis menerangkan mengenai motivasi. Motivasi adalah kecenderungan (suatu sifat yang merupakan pokok pertentangan) dalam diri seseorang yang membangkitkan topangan dan mengarahkan tindak-tanduknya. Motivasi meliputi faktor kebutuhan biologis dan emosional yang hanya dapat diduga dari pengamatan tingkah laku manusia. Motivasi secara umum didefinisikan sebagai inisiasi dan pengarahan tingkah laku dalam pelajaran motivasi sebenarnya merupakan pelajaran tingkah laku. Sedangkan motif adalah suatu perangsang keinginan (want) dan daya penggerak kemauan bekerja seseorang. Setiap motif mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai (penulis). Perbedaan pengertian keinginan (want) dan kebutuhan (needs) adalah keinginan (want) dari setiap orang berbeda karena dipengaruhi oleh selera, latar belakang, dan lingkungannya, sedangkan kebutuhan (needs) semua orang adalah sama. Misalnya, semua orang butuh makan (needs), tetapi jenis makanan yang diinginkannya (want) tidak selalu sama tergantung pada selera masing-masing individu. Hal inilah yang menyulitkan manajer untuk memberikan alat motivasi yang tepat bagi setiap individu bawahannya.

Pada bagian kedelapan, penulis menjelaskan kepemimpinan transaksional dan transformasional. Kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang menekankan pada tugas yang diemban bawahan. Kepemimpinan transaksional lebih difokuskan pada peranannya sebagai manajer karena ia sangat terlibat dalam aspek-aspek prosedural manajerial yang metodologis dan fisik. Oleh karena itu, kepemimpinan transaksional dihadapkan pada orang-orang yang ingin memenuhi kebutuhan hidupnya dari segi sandang, pangan, dan papan. Teori tentang kepemimpinan transformasionl atau inspirasional didasarkan pada ide dari Burns (1978), tetapi telah ada lebih banyak penelitian empiris mengenai versi dari teori yang diformulasikan oleh Bass (1985,1996) dari pada versi lainnya, Yukl ( 2001:304-305). Inti dari teori itu adalah perbedaan antara kepemimpinan transformasional dan kepeimpinan transaksional. Kedua jenis kepemimpinan itu didefinisikan dalam hal perilaku komponen yang digunakan untuk mempengaruhi para pengikut dan pengaruh dari pemimpin kepada para pengikut.

Bagian kesembilan dari buku ini menjelaskan mengenai etika dan proposisi perilaku kepemimpinan. Seorang pemimpin harus mempunyai etika dalam melakukan kepemimpinannya. Seorang pemimpin yang mempunyai etika biasanya lebih dihormati daripada pemimpin yang tidak beretika. Pada bagian kesepuluh, penulis menjelaskan mengenai mitos-mitos kepemimpinan yang dikemukakan oleh para ahli. Mitos tersebut bisa menjadi teori kepemimpinan dan biasanya ditakuti oleh seorang pemimpin.

Pada bagian kesebelas, penulis menjelaskan mengenai kepemimpinan guru dan kaderisasi kepemimpinan. Guru juga merupakan seorang pemimpin di dalam kelas. Karena guru adalah pengendali kegiatan di dalam kelas. Kader sendiri dalam  istilah ketentaraan  memiliki arti sebagai perwira atau bintara; orang yang diharapkan akan memegang pekerjaaan penting dalam pemerintahan atau partai. Dalam pengertian lain juga diartikan sebagai calon atau tunas yang didik untuk melanjutkan tongkat estafet partai atau organisasi. Prinsipnya, kaderisasi merupakan upaya regenerasi yang dilakukan oleh suatu organisasi untuk menyiapkan pemimpin-pemimpin handal dalam melaksanakan visi dan misi organisasi ke depan

Pada bab terakhir, penulis mengemukakan tentang kepemimpinan krisis dan sindroma pascakuasa. Kepemimpinan krisis adalah kepemimpinan pada saat-saat krisis. Sedangkan sindroma pascakuasa adalah sindrom yang biasa diderita oleh bekas pemimpin. Hal ini dijadikan penutup dan pembahasan akhir buku ini supaya buku ini runtut dan menarik ketika dibaca.

Kelebihan buku ini adalah walaupun buku ini ringkas, namun bisa mendeskripsikan teori-teori kepemipinan bahkan sampai pada mitos kepemimpinan dengan sangat detail dan gamblang. Buku ini cocok untuk pegangan para pemerhati organisasi dan juga seorang pemimpin bahkan seorang mahasiswa sekalipun yang mengikuti mata kuliah kepemimpinan pendidikan karena bahasanya mudah dipahami dan enak dimengerti. Di samping itu, buku ini juga dilengkapi dengan bagan yang bisa digunakan untuk membantu memahami narasi yang dikemukakan.

Sedangkan sisi kelemahan dari buku ini (dengan tidak mengurangi rasa penghargaan dan apresiasi yang tinggi terhadap buku ini) adalah, karena judulnya mengandung kata pendidikan, maka mestinya semua paparan teori tentang kepemimpinan tersebut ditarik ke dalam dunia pendidikan. Namun, dalam buku ini teori kepemimpinan dinarasikan secara umum tanpa diambil benang merah ke dunia pendidikan atau organisasi pendidikan.

Demikian resensi yang bisa penulis uraikan, buku ini sangat bermanfaat bagi pembaca, khususnya di kalangan civitas akademika dan juga para pemikir intelek untuk bangkit menggali kembali khasanah teori-teori kepemimpinan dengan melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang studi kepemimpinan. Karena diharapkan masih ada pengembangan-pengembangan keilmuan tentang kepemimpinan. Demikian, terima kasih